Kata Pengantar Uploader: Menyambung isu bahasa, Kali ini KoKo zadul mengusulKan agar CJ tsb sticK dengan bilingual: Indonesia dan Inggris, tanpa terjemahan maupun summary.
Bagaimana kalau CJ ala KoKi ini stick ke dua bahasa saja: bhs Indonesia dan Inggris. Kenapa? Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa Inggris adalah bahasa Internasional dan kedua bahasa itulah yang dipakai (dan rata2 dimengerti) oleh mayoritas pembaca di KoKi ini. Terserah apakah kedua bhs tsb mau dicampur dalam satu artikel atau tersendiri. Seandainya ada artikel dlm bahasa daerah yg masuk ke tim redaksi KoKi dan sesuai dengan “misi dan visi” CJ, kenapa tidak? DENGAN CATATAN, mungkin lebih afdol kalau artikel2 tsb ditampilkan dalam format “satu artikel, satu halaman, satu kolom komentar” – tidak perlu terjemahan atau penerjemah, apa nggak ada kerjaan lain? Keh, keh, keh …
Makan tempat? Masak sih? Makan tempat di mailbox nya Moderator kali ya? – tapi kan beliau tdk keberatan? KoKi jadi bergroup-group? Birds of a feather flock together - itu (di KoKi masih) wajar.
Ketika ditanya apa parameter dlm menerbitkan suatu artikel di OMNI (Oh My News International) Claire Geogre, mantan editor OMNI menyatakan: “We also wanted to be certain that the story was relevant to the readership. Personal stories were always welcome but they had to have something that the reader could identify with […]” For more info, pls KliK Link ini.
Memang CJ ala KoKi (berdasarkan pengamatan saya) kalau dilihat dari “parameter” nya dan gaya bahasa nya memang lebih fleksibel – inilah uniknya KoKi. Beda dgn CJ ala “panyingkul” http://www.panyingkul.com/, yg menurut saya pribadi agak kaku/baku dan kurang “hahahihi” nya. (Btw, pendirinya mantan wartawan Kompas, loh.) Tetapi dari cara mereka launcing buku dan memberdayakan penulis2nya (ada beasiswa/pelatihan segala) patut ditiru. Siapa tau nanti “Kolom Bahasa Daerah” KoKi bisa berkembang pesat dan menjadi situs tersendiri semacam panyingkul? Yg uniknya meskipun berkaitan erat dgn Makasar, artikel2 dalam panyinkul ditulis dlm bhs Indonesia.
Salam hangat dari KKb:), yg menulis, membaca dan berkomentar “ala kadarnya”.
Makan tempat? Masak sih? Makan tempat di mailbox nya Moderator kali ya? – tapi kan beliau tdk keberatan? KoKi jadi bergroup-group? Birds of a feather flock together - itu (di KoKi masih) wajar.
Ketika ditanya apa parameter dlm menerbitkan suatu artikel di OMNI (Oh My News International) Claire Geogre, mantan editor OMNI menyatakan: “We also wanted to be certain that the story was relevant to the readership. Personal stories were always welcome but they had to have something that the reader could identify with […]” For more info, pls KliK Link ini.
Memang CJ ala KoKi (berdasarkan pengamatan saya) kalau dilihat dari “parameter” nya dan gaya bahasa nya memang lebih fleksibel – inilah uniknya KoKi. Beda dgn CJ ala “panyingkul” http://www.panyingkul.com/, yg menurut saya pribadi agak kaku/baku dan kurang “hahahihi” nya. (Btw, pendirinya mantan wartawan Kompas, loh.) Tetapi dari cara mereka launcing buku dan memberdayakan penulis2nya (ada beasiswa/pelatihan segala) patut ditiru. Siapa tau nanti “Kolom Bahasa Daerah” KoKi bisa berkembang pesat dan menjadi situs tersendiri semacam panyingkul? Yg uniknya meskipun berkaitan erat dgn Makasar, artikel2 dalam panyinkul ditulis dlm bhs Indonesia.
Salam hangat dari KKb:), yg menulis, membaca dan berkomentar “ala kadarnya”.
No comments:
Post a Comment