Saturday 31 October 2009

≈ Beiby Bertanya, Mamih Menjawab ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Langit Koran Kitorang-utan petang itu nampaK berbeda. Mamih dan Beiby sedang duduK santai meniKmati temaramnya senja. Dengan penuh taKjub mereKa menatap detiK-detiK perubahan warna langit dari Kuning Keemasan hingga menjelma menjadi merah djingga.

Sambil menariK-nariK lengan Mamihnya, Beiby bertanya: Mamih itu langitnya KoK meah ceKali?
Mamih: Ya … merah, merah tembaga atau merah djingga cayanK, buKan merah maroon.

Beiby: Ada gambal Kepala buaya nya ya Mih?
Mamih: Iya, itu tandanya Buaya CiZe aKan lahir. CiZe baKalan pindah rumah lagi, wah pasti bisa menyaingi Koran Papihnya Ana.

Beiby: Pindah Mamih? Kitorang mo pindah lagi? Ke lumah balu atau Kos-Kosan di lumah PaKde TiK?
Mamih: Ssst! Baiby jangan ember ya … W. Somerset Maugham sudah memberi petunjuK, Katanya: “Change is the essence of existence.”

Beiby: Apa itu altinya, Mih?
Mamih: Artinya … aKan ada perubahan, supaya Kitorang eKsis. Salah satunya adalah memesan logo dari agen propesional.

Beiby: Oooo … gambal-gambal itu ya Mih, yang ada tulisan Koran Kitorang-utan? Ngga paKe singKatan lagi?
Mamih: Iya … tapi buKan yang buatan Paman Mimiy Abi.

Beiby: Koq ngga paKe punya Paman Abi? Kasian dong, Kan dah capeK capeK gambalnya.
Mamih: Ssst! Itu urusannya Paman Ci dengan Paman Abi, OK? Ayo Kitorang pulang, hari sudah gelap.

≈ This Is It! Langit Koran Kitorang ... ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Senja itu langit merona djingga
MembentuK luKisan yang maha besar
Kepala buaya dengan moncong yang tajam
tampaKnya ini merupaKan petanda
bahwa Koran Kitorang
adalah ciKal baKal “buaya CiZe” yang besar
dengan artiKel-artiKel panas, ganas seKaligus bernas.

Keputusan untuK mengubah logo memang sudah bulat
Penggunaan Kata “Kitorang” lebih meneKanKan Ke-Kitorang-an,
mesKipun Kata “Kito” melibatKan si pembicara dan lawan bicara,
dalam praKteKnya “Kami” lah yang berbicara.
Kami hanya melibatKan Kitorang saja
Karena barang siapa yang ngintip
bintitanlah pahalanya.

Friday 30 October 2009

≈ Tagline: Sebuah Identitas! ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈


“sharing. connecting.” itulah tagline "The New Kompasiana" yang resmi diluncurKan bertepatan dengan hari ultah pertama Kompasiana tanggal 22 OKtober Kemarin – suatu timing dan moment yang tepat, dimana berjuta-juta mata menunggu, baiK penggemar, “pengintip”, maupun “rival”.

Tampilan dan logo Kompasiana yang “baru” sudah dibocorKan secara online dan disosialisasiKan beberapa hari (2 hari?) sebelum acara HUT. Dua Kata (“sharing.” dan “connecting.”) yang ditulis dalam huruf Kecil dan diaKhiri dengan titiK untuK setiap Kata dalam tagline tsb menggambarKan “mission” dan “promise” Kompasiana untuK berbagi dan berhubungan dengan “real people” buKan anonym. Tanda “titik” seKaligus menegasKan “brand” atau image Kompasiana yang siap mengaKomodasi “orang beneran” yang bersedia untuK sharing dan connecting.

Bagaimana dengan logo? Dengan menggunaKan huruf Kecil untuK huruf pertama “K” di logo tsb, Kompasiana seolah-olah ingin mencitraKan bahwa Kompasiana untuK “siapa saja”, tanpa memandang bulu ataupun gelar aKademiK ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~™. Sementara huruf Kedua, “O”, direpresentasiKan dengan “bubble” yang mungKin mengingatKan Kita pada logo google groups. Secara lugas, Kompasiana telah berusaha untuK mengidentifiKasiKan dirinya sebagai wadah atau Komunitas yang mau menampung topik “apa saja”. ApaKah dalam praKteKnya demiKian? ApaKah Kompasiana sudah “being true to its BRAND?”

Menurut Tagline Guru, tagline idealnya digunaKan secara Konsisten, berbarengan dengan logo. Dalam hal ini, secara Kasat mata, sepertinya Kompasiana sudah melaKuKannya, dimana “sharing. connecting.” mecungul tepat dibawah logo Kompasiana. Karena sudah menempatKan “mereK”nya di welcome page nya, Kompasiana taK merasa harus memasang slogan tsb di setiap artiKel.

Change Tagline = Change Identity?

Menurut Nolo’s Legal Marketing Blawg, mengganti tagline buKanlah sesuatu yang diharamKan terlebih apabila bisnis atau produK yang dijalanKan berubah seiring tuntutan zaman/pasar atau faKta di lapangan.
“The point is that taglines aren't set in stone; if your practice takes you down another path -- as it invariably will -- just change your tagline.”

Selanjutnya Nolo’s Blawg mencontohKan bahwa McDonald saja sudah mengubah slogan nya sebanyaK 23 Kali dalam Kurun waKtu 45 tahun. Hmm … menurut KalKulatorKoe, Kira-Kira seKurang-Kurangnya dua tahun seKali ganti slogan.

Gimana seeh membuat slogan yang nendang? Dalam menjawab How to Create a Rock-Solid Tagline That Truly Works, James Chartrand membeberKan tiga hal penting yang wajib dijadiKan bahan pemiKiran dan pertimbangan: MISSION, PROMISE dan BRAND. Intinya, supaya tagline-nya optimal, ketiga unsur ini harus menunjang satu sama lain.

Sementara itu, Top Tagline Do's and Don'ts nya Larry Chase juga patut untuK dijadiKan referensi. Salah satu “DO” yang dianjurKan oleh Larry Chase adalah meminta pendapat “orang luar” yang tidaK bergelut di bidang yang sedang Kita Kelola tentang “draft” tagline Kita. Dengan Kata lain mintalah pendapat dari “non-paKar”:
Ask the opinion of an outsider. Run your proposed tagline by people who have nothing to do with your industry. It's a good gut-check, especially if you are a public firm or are thinking of going public.
(Sayang Larry Chase tidaK menjelasKan apaKah hasil polling “orang dalam” dalam memilih dan menentuKan pilihan tagline/logo merupaKan sesuatu hal yang layaK ditiru atau dilaKuKan.)

Supaya aman, gimana Klo urusan tagline diserahKan Kepada yang “professionals” ajah? Dalam postingannya, di Legal Marketing Blawg, Carolyn Elefant dengan tegas menyaranKan: Don't outsource your tagline to "professionals" (poin no. 3) dengan penjelasan sbb:

Over at Legal Practice Pro, Jay Fleischman cautions against outsourcing your marketing vision to professionals, advice that applies with equal force to taglines. A marketing professional may devise a tagline which sounds terrific but that doesn't accurately convey the essence of your practice, in which case, it simply won't feel genuine. Or worse, a professional can create a tagline that you're uncomfortable with or embarrassed to use. As Fleischman says, a marketing pro can help you implement a marketing vision, but you have to do the legwork in figuring out what kind of image you want your tagline to communicate.

Berbeda dengan Carolyn Elefant, Larry Chase tidaK begitu mempermasalahKan keterlibatan professionals dalam urusan tagline. Hanya saja Larry menyaranKan agar hal ini dipiKirKan dengan matang dan jangan tergesa-gesa: Don't rush it, especially if you're going to put sizable budget behind a tagline.

Beberapa “paKar” yang artiKel nya dibahas di sini memang lebih banyaK berbicara tentang tagline buKan logo. AKan tetapi … IMHO, mungKin agar produK yang dijual laris manis, taK ada salahnya apabila urusan logo diserahKan Kepada “ahlinya”, tentunya dengan masuKan dari Klien yang aKan dibuatKan logo dan riset dari pembuat logo professional tsb terhadap Klien/produK yang dimaKsud – buKan seKedar “gaya-gaya-an” untuK memberi Kesan profesionalisme suatu “Business Enterprise” atau untuK menunjuKKan “Ketajiran” si Pemesan logo.
**Sssst … logonya dah dipesan secara pro dan dah jadi. Izab Kabul bulan depan?**

Thursday 22 October 2009

≈ Cicak vs Buaya: Which is Which? ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

"AKoe CicaK," Kata CicaK.
"AKoe Buaya," Kata Buaya.
"Kami Angsa. Posisi Kami - paruh dan bayangannya - membentuK Hourglass yang artinya secara simbolis Kami aKan menjadi saKsi atas perjalanan hidup Kalian," Kata Duo Angsa.

Thursday 15 October 2009

≈ Editing Or Moderating: Is It Really Necessary? ≈

≈ KoKi Post - Old Gum Tree ≈

Pengantar dari Uploader: MesKipun sudah “dituduh berselingKuh” dengan Kompasiana, KP tidaK berniat untuK mengurangi frekuensi bertandang “Kesono”. CoPas-an beriKut Kami tampilKan apa adanya di KP tanpa Komentar apapun. TIDAK ada maKsud untuK “menghaKimi” ataupun menyataKan KeberpihaKan. Toh Kacang sudah jadi Kecambah. SilahKan menilai sendiri … seperti apaKah gerangan isu “proses editing” or moderating or whatever itu dan bagaimana isu tsb “diplintir” (baca: dilayangKan)?

CoPas I merupaKan KoKo di KoKi Kompas Komuniti, Posted by: Zevs Friends Jumat, 20 Februari 2009 00:49 WIB

“Beberapa minggu lalu Z cerita (terutama setelah kasus La Rose), ada pemikiran dari KOMPAS.com, bahwa community / CITIZEN JOURNALISM, akan dikelola lebih profesional, dengan menggabungkan KOKI dan KOMPASIANA ( http://kompasiana.com -- ini adalah blognya wartawan KKG), dan akan dikelola bersama oleh Z dan wartawan Kompas lainnya, ide bagus dan jelaslah Z teriak "Yihaaaa... karena sangat meringankan beban Z, tapi setelah itu kita ngobrol bareng, Z bilang, "Tapi kok gw kasihan sama KoKiers, entar semua artikel dan komentar bakal diedit bahasanya oleh TIM BAHASA REDAKSI, gak bisa seenaknya lagi, KoKiers enggak boleh langsung upload komentar, harus melalui proses editing di redaksi, padahal selama ini kita bebas becanda seenak jidat, kalau mendadak diubah, KOKI bakal kehilangan nyawanya ya" (sorii Z gw buka percakapan kita, tapi harus dijelaskan sebelum terjadi).”

“Oke kalau KoKiers mempertanyakan kerja kita Z dan AsMod yang kurang profesional, enggak masalah, kita terima dengan baik, dengan begitu akan lebih mudah bagi Z untuk menyerahkan KOKI kepada TIM KOMPAS.com untuk dikelola lebih profesional, dengan konsekensi seperti yang sudah dipaparkan diatas (semua artikel/komentar akan melalui proses editing). Kita tunggu saja.”

CoPas II merupaKan jawaban Pepih Nugraha menanggapi KoKo nya “XiXi” di Kompasiana.

"Saya Pepih, admin Kompasiana, tidak hanya saya sendiri…. admin juga berasal dari penulis Kompasiana sendiri, jadi keroyokan. Saya menghindari KULTUS INDIVIDU bahwa admin itu RAJA BERKUASA…. NO WAY, jangan sampai sejarah masak lalu terulang. Kompasiana kami create sedeomkratis mungkin, tidak ada editing, tetapi tetap menjaga sopan-santun berbahasa. TIDAK PERLU PUJA-PUJI dan NYEMBAH-NYEMBAH agar tulisan bisa dimuat. Asalkan tulisan anda bermanfaat buat pembaca lain dan Anda siap sharing, go ahead….. tulisan apapun bisa tampil di KOMPASIANA. Salam…"

SilahKan baca juga pendirian dan pemiKiran/impian Pepih Nugraha mengenai moderator eh MODERASI: Komentar Sebelum Dimoderasi dan Kompasiana Tanpa Moderasi.

**Jadi inget postingan si BanyaK Cinta, SS, tentang Parasit-Parasut**

Sunday 11 October 2009

Traffic Stats Kompasiana Menjelang HUT Pertama-nya

KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Kurang lebih delapan bulan yang lalu (tepatnya tanggal 28/01/2009), mengutip situs Alexa, Pepih Nugraha melaporKan bahwa Kompasiana menduduKi ranKing 90.711 dunia. Menurut Admin Kompasiana itu, eKsistensi suatu situs ditandai dengan masuKnya web tersebut dalam ranKing 1-100.000 dunia dan … dapat menariK pemasang iKlan tentunya.

Sebelas hari Ke depan (22 OKtober) Kompasiana tepat berusia 1 tahun. Menurut Alexa, posisi Kompasiana di dunia saat ini (11 OKtober) melambung pesat dari ranKing 90.711 Ke ranKing 18.966 dan berada di urutan 299 di seluruh Indonesia. (BandingKan dengan posisi terKini KoKi Merah Marun yang jauh dari ranKing “seratus ribu besar”: KoKi menempati ranKing 373.491 dunia. Sementara di Indonesia posisi KoKi adalah ranKing 9.065.)

~ Grafik pageviews 3 bulan teraKhir Kompasiana (biru) yang tampaK jelas dan KoKi (coKlat) yang "tiarap" di atas angKa nol persen (not top 100.000) ~

Dengan semaKin mengecilnya angKa berarti ada peningKatan rating atau ranKing. BuKanKah angKa terKecil (SATU) merupaKan TOP Web? Kenapa Pepih Nugraha berharap Kompasiana bertengger di angKa yang lebih "gemuK" ya? SimaK aja Kutipan beriKut: “Meski masih bertengger di rangking 90 ribuan, cepat atau lambat ranking itu akan naik lagi sampai kemungkinan berada di ranking ribuan atau bahkan ratusan.” **Binun … sutralah**

Apa yang telah dilaKuKan Kompasiana selama setahun ini, KopDar; Blogshop; peluncuran buKu Chappy Hakim; buka puasa bersama dan another booK launcing pada hari H beberapa hari Ke depan; peresmian tampilan The New Kompasiana dll, boleh membuat Kompasiana dan Kompasianer berbangga. FYI, dalam rangKa HUT pertamanya, Kompasiana mengundang Free Of Charge 150 Kompasianer untuK turut merayaKan hari jadi si Burung Besi. Bagaimana KoKiPosters? Dah daftar belon? ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~ UntuK lengKapnya silahKan baca Ultah Pertama Kompasiana.
ArtiKel terKait: Kompasiana CJ Alternatif.

Saturday 10 October 2009

Copyright Kadaluarsa Setelah 50 Tahun?

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Di KoKo The Hunt, "tanya donk" said: "Saya baca dimana ya ? Katanya copyright itu tidak berlaku lagi setelah si pencipta meninggal dunia 50 tahun . Betul begitu ya ?" dan perbincangan belum tuntas alias ngambang (di pihaK Kami ;). Thanks to input ini. Ternyata sodarE benar tentang Kadaluarsanya haK cipta setelah 50 tahun penciptanya jadi mendiang, dengan catatan, jiKa dan hanya jiKa, yang bersangKutan TELAH MENDAFTARKAN Karya ciptaannya.

Semoga kutipan artikel berjudul "Salah Kaprah Paten Budaya" oleh Arif Havas Oegroseno (Kompas, Jumat 9 Oktober 2009) dapat mencerahKan.

"Hak cipta adalah perlindungan untuk ciptaan di bidang seni budaya dan ilmu pengetahuan, seperti lagu, tari, batik, dan program komputer. Sementara hak paten adalah perlindungan untuk penemuan (invention) di bidang teknologi atau proses teknologi. Ini prinsip hukum di tingkat nasional dan internasional."

"Tampaknya tak disadari bahwa dalam sistem perlindungan hak cipta, pendaftaran tidaklah wajib. Apabila didaftarkan, akan muncul konsekuensi berupa habisnya masa berlaku hak cipta, yakni 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jadi, seruan agar tari Pendet didaftarkan adalah berbahaya karena 50 tahun setelah pencipta tari Pendet meninggal dunia, hak ciptanya hilang dan tari Pendet dapat diklaim siapa saja. "

Full artikel dapat dibaca di Jakarta45.

Monday 5 October 2009

“StatistiK Sebelum Masehi”: Acuan Seorang “PaKar” Seksologi

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Gara-gara ngaplod artiKel tentang Pepih Nugraha, aKoe jadi penasaran dengan sosoK Mariska Lubis (ML). Pencarian dengan Kata Kunci “Mariska Lubis” di situs Kompasiana memunculKan nama itu, namun hanya sebatas artiKel-artiKel yang menanggapi atau mengomentari tulisan ML.

Baru pada halaman Kedua lah aKoe dapat menemuKan artiKel yang langsung ditulis olehnya. EKspeKtansiKoe terhadap sosoK ML dan harapan Pepih Nugraha bahwa Kompasiana Perlu Mariska-Mariska Lainnya mendorongKoe untuK nge-KliK salah satu tulisannya and … it happened to be satu artiKel bertajuK Kenapa Nggak Kawin-Kawin, Sih!

Dua Kalimat pertama di awal artiKel itu sangat membuatKoe terKejut-Kejut (Kejut-nya dua Kali). “Jumlah wanita di dunia ini, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pria. Kebanyakan dijadikan alasan untuk poligami, tetapi tidak sedikit juga yang justru malah memilih untuk tidak menikah.”
aKoe terKejut buKan Karena angKa 3 berbanding 1 itu, tapi Karena “usia” dari statistik itu sendiri! Itu mah “StatistiK Sebelum Masehi!”

Dari jaman bebek rewel yang nulis tentang "berbagi istri" (polyandri), maraKnya berita-berita tentang poligami nya AA (Gym), sampai hebohnya UUD pornografi, wuih, jaman Kapan tuh, “statistiK KlasiK” (ratio 3:1) tsb sudah banyaK dibicaraKan di milis-milis dan “dimana-mana” dan sudah sering diKoreKsi dan sudah dinyataKan MISLEADING. Jadi geli ndili nih. Kalau sudah begini, masih mauKah Pepih Nugraha berharap adanya Mariska Mariska yang lain? Kalaulah gunting sensor/editor diarahKan Ke Kata atau istilah porno, Kenapa data statistiK yang Keliru itu bisa lolos ya … (Sssst … isi di luar tanggung-jawab Admin, lagian … yang nulis Kan PAKAR mesKipun maennya cuma di MH aja.)

Sebelum Kelupaan, terima Kasih untuK Nina (Komentator no 50 di tulisan ML) yang telah ngirim linK data terKini (2008) mengenai sex ratio.

Mariska TaK Kenal KoKi

Di halaman pertama hasil pelacaKan di Kompasiana aKoe meliriK tulisan rudiesape yang membahas ML dan artiKelnya. BeriKut adalah percaKapan mereKa:

“Saya tanya ke Mariska, dulu ikutan KOKI dong. Eh dia malah tanya, apaantu Koki Om katanya. Hehe. Memangnya selama ini main kemana saja kok tidak tahu KOKI.

Saya kasih tahu kalau KOKI adalah kolom Kompas yang juga banyak tulis mengenai esek esek antara lain ditulis oleh La Rose dan sekarang sudah tidak ada lagi
O, itu saya mah mainnya cuma di MH, katanya, hehe”

MaKanya Jeng, jangan cuma main di MH ajah. Terus nulis, cuma … ati-ati jangan sampai privacy Klien-nya jadi bahan tulisan WITHOUT their consent. Salam.

Sunday 4 October 2009

Mariska Lubis: La Rose Djayasupena Versi Kompas(iana).com?

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Mariska Lubis is Mariska Lubis
La Rose is La Rose
MesKipun mereKa punya latar belaKang yang beda,
MereKa menulis tentang hal-hal
yang oleh “sebagian besar” masyaraKat timur
sebagai hal yang tabu,
mesKipun dituturKan dalam bahasa gaul
yang ringan, mencerahKan, menggairahKan
dan jauh dari Konotasi “porno” atau “vulgar”.

Dua-duanya menulis/pernah menulis di Kompas.com
Yang satu menulis di Kompasiana
dengan Pepih Nugraha sebagai pengasuh
Yang lain menulis di KoKi Kompas Komuniti (RIP 1 Mei 2009)
dengan Zeverina sebagai pengelola.
Kenyataan bahwa tulisan ML lebih diterima,
ditayangKan dan diharapKan tayang teruuus di Kompas.com,

Ironisnya penulisan artiKel “eseK-eseK” itu terbit
Beberapa bulan setelah tulisan LR divonis “vulgar”
dan diberangus menjelang penutupan
fungsi Kirim artiKel KoKi Kompas Komuniti
merupaKan suatu fenomena yang menariK.

ApaKah ini ada hubungannya
dengan “pendirian” dan approach Sang Pengasuh
yang lebih mengerti psiKologi massa?
MenyiKapi Kubu Pro dan Kubu Kontra dengan elegan?
Atau KOMPAS Sang InduK yang tebang pilih?
Memilih yang satu Karena “Ke-paKar-an”nya …
yang notabene memiliKi gelar aKademis di bidangnya?
Sementara yang satu “hanya anonym”
mesKipun seKarang diberi embel-embel Djayasupena?
(Hm … bagaimana dengan anonimitas bocahndeso
ya … ?)

ArtiKel terKait: La Rose

Pendirian Pepih Nugraha Dalam MenyiKapi ArtiKel EseK-EseK

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Berawal dari tulisan "berbau eseK-eseK" MarisKa Lubis (ML) yang mengantungi “banyaK” hits/KliK dan Komentar, sejumlah artiKel Kambuhan bernuansa seKs pun bercungulan di Kompasiana. BanyaKnya KliK di tulisan ML secara umum dapat diKataKan sebagai ungKapan positip, mesKipun ada terselip Komentar/pertanyaan yang oleh penulisnya diKategoriKan “porno” dan telah (segera?) dihilangKan oleh Pepih Nugraha (PN) selaKu admin, atas permintaan ML. Namun taK sediKit tanggapan yang Kontra dan direspon dalam bentuK artiKel.

Sebelumnya, tulisan bocahndeso yang membahas (dan mem-forward linK) berbau seKs sempat menyandang 'the most popular article' untuK beberapa lama di Kompasiana. Dibaca lebih dari tiga belas ribu Kali tepatnya 13259 Kali. (MengalahKan KliK di artiKel postingan Asmod KoKisiana yang menjawab Komplen salah satu pengelola Kolom di KoKi.) Sebagai anonym*, mungKin “KepaKaran” bocahndeso ini agaK diraguKan oleh sebagian orang, yang serta merta menyuaraKan beberapa hal negatip seperti, sempat-sempatnya liat dan nge-linK situs gituan atau disinyalir turut berperan aKtif dalam menyebarKan “fitnah”. Apa dan seberapa penting peran KepaKaran seseorang dalam dunia tulis-menulis (yang berbasis CJ “non honor?”).

Latahnya beberapa Kompasianer yang terjun dalam penulisan “eseK-eseK” ini membuat Abdi Dharma gerah dan mempertanyaKan apaKah Kompasiana Sudah Berubah Menjadi “Kompas-Sexiana?”. Merespon “tudingan” berubahnya Kompasiana menjadi Kompas-Sexiana, PN meneKanKan pentingnya Punya Pendirian. MaKsudnya adalah menghimbau agar Kompasianer tidaK latah mengiKuti tulisan yang sedang “in” itu. PN memberiKan dan membiarKan porsi bertemaKan seKs pada ahli di bidang tersebut saja. Dengan menyebut beberapa nama, jelas terbaca bahwa PN meneKanKan KepaKaran yang dilatar-belaKangi pendidiKan aKademis.

“Maka, kita dengan mudah melihat kualitas tulisan yang hanya mengikuti tren (baca latah) padahal penulisnya kita tahu bukan ahli/pakar masalah seks, misalnya. Di dunia ini ada orang-orang seperti Naek L Tobing, Wimpie Pangkahila, Boyke Dian Nugraha, dan Mariska Lubis, yang kalau menulis mengenai seks, kepakarannya tidaklah diragukan lagi. Biar sajalah mereka menulis hal-hal yang mereka kuasai, biarkan juga mereka menjadi ngetop karena kepakarannya itu.”

Dengan tidaK bermaKsud meraguKan Kredibilitas sebut saja Naek L Tobing sebagai contoh, pertanyaannya adalah: ApaKah Keahlian seseorang hanya bisa diuKur dari latar belaKang pendidiKan formalnya? Ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu tidaK menjamin bahwa orang itu pandai menulis. Kalaupun orang itu mahir menulis, belum tentu dia mau menulis artikel sesuai "kepaKarannya". MungKin dia taK ada waKtu. Kalaupun dia mau menulisKannya dan ada Kesempatan, mungKin dia miKir-miKir dulu atau pilih-pilih mau nulis dimana. MungKin dia hanya mau menulis dengan imbalan honor. MungKin dia mau menulis Kalau ada editor yang friendly (dan punya PENDIRIAN), atau apabila ada jantung hatinya, atau mungKin dia malah alergi Kalau tulisannya harus melalui screening/editing oleh editor yang ngga Ketahuan “KepaKarannya” (mana dah ditulis capeK2 ngga ada honornya, diKomentari OOT, ditempelin foto yang “ngga jelas” atau yang ngga “matching”, diwajibKan merespon lagi! ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~).

SebaliKnya, ada penulis yang telah ber-CJ sesuai anjuran PN, yaKni memilih untuK membuat tulisan yang bermanfaat bagi KhalayaK ramai, "bukan sekadar memuasakan (sic) diri sendiri!" (Tentunya buKan untuK memuasKan Admin-nya juga.) ML dicontohKan sebagai seorang "paKar" yang berusaha untuK mempopulerKan bidang Keahliannya dengan "menyederhanakannya" agar tidak terkesan "vulgar" sehingga exposurenya bisa lebih luas dapat diterima masyaraKat awam. (Padahal sih hal-hal begituan sudah menjadi pembicaraan semua mahKluK hidup dewasa.) PN pun terang-terangan mengaKui bahwa "Kompasiana Perlu MarisKa-MarisKa Lainnya."
Lha Mariska-Mariska Lain itu buKannya sedang berusaha “mendeKati Mariska”? sehingga bermunculanlah tulisan yang “sejenis”? BuKanKah perlu waKtu juga untuK belajar dan berusaha menjadi "paKar" seperti Mariska tanpa perlu menjadi Mariska? BuKanKah perlu proses untuK menjadi penulis/(citizen) journalist yang punya pendirian?

Sebagai wartawan senior dengan jam terbang pelatihan Kepenulisan maupun jurnalistiK yang tinggi, “mantra” yang sering PN KemuKaKan, again and again, adalah “hendaklah menulis sesuai minat dan kepakaran masing-masing!” dan “tulislah hal-hal yang Anda suka dan yang Anda kuasai.” AKoe cenderung setuju dengan pernyataan Kedua (yang Anda suKa dan yang Anda Kuasai). MenurutKoe, untuk MENGUASAI suatu hal, seseorang taK perlu menjadi paKar. Sementara itu seorang PAKAR sudah semestinya menguasai. ArgumentasiKoe Kembali pada writing sKills seseorang dan willingness to write yang KoesebutKan sebelumnya. Tambahan lagi … KataKanlah ada pakar menguasai lebih dari satu Keahlian yang telah diteKuni selama bertahun-tahun dan secara mendalam tapi ... dia sama seKali taK berminat untuK menuliskannya “secara popular”, mesKipun dia memiliKi Ketrampilan menulis. MenurutKoe, Kalau seseorang dianjurKan untuK menulis sesuai dengan KepaKarannya saja, secara taK langsung aKan membunuh Kreativitas seKaligus minat orang tsb di bidang lain. Kecuali apabila orang/penulis itu memang sudah memiliKi atau akan dipersiapkan untuk mengasuh Kolom tersendiri, jadi bahasannya spesifiK. Jangan sampai terjadi apabila sudah punya Kolom Khusus eh … isinya hal “remeh-temeh” dari A – Z.

IMHO, paKar atau tidaK, menjadi tidaK penting, apabila penulis, at least, tau apa yang dia tulis, buKan seKedar “Katanya” atau hanya berdasarKan statistiK SM (Sebelum Masehi). Tentunya Kita perlu melihat dulu … genre tulisannya apa? MenulisKan paparan berupa pengalaman Kopi Darat misalnya, apaKah perlu Keahlian Khusus dibidang KopDar? Bosen dunK Kalo ada penulis spesialisasi KopDarDerDor. Untuk menulis satu artikel “eseK-eseK” apaKah seseorang harus Kuliah di KedoKteran dulu? Ada Kan yang namanya studi literatur, yang penting dapat dipertanggung-jawabKan dengan mencantumKan sumber Kutipan dengan jelas, mesKipun ujung-ujungnya harus nge-linK Ke suatu situs mesKipun itu situs “porno”. Ada juga yang namanya "hands-on learning." Jelas ada perbedaan antara "Knowledge" yang diperoleh di bangKu seKolah dan "Experience" di lapangan. Keduanya tentu mengandung "Kebenaran". BTW, eseK-eseK atau tidaK, porno atau tidaK … it’s a question of labelling – Ini mah cuma masalah pe-label-an, gimana Kita membuat label pada suatu artikel. Yang penting jangan lihat siapa yang nulis (paKar atau buKan), tapi lihatlah apa isi tulisannya. SiapKah Kita?

Menyoal masalah travel writing, Clive J. Christie berpendapat bahwa pengetahuan, KepaKaran serta inteleKtual seseorang Kadang-Kadang nggaK matching dengan Kemampuan orang itu untuK menulis (mesKipun menurutKoe minat orang tsb tidaK perlu diraguKan.)

"Understanding foreign cultures and languages has become the province of the academic specialist; conversely, travel-writing itself has become a similarly compartmentalized skill. The almost inevitable result is that those who know a society in depth cannot write about it in a way that could possibly attract the general reader – and those who can write well will only know the society they are describing in the most superficial terms."
~ Clive J. Christie, 1994 ~

Menjawab pertanyaan “besar” di awal tulisan ini tentang “Apa dan seberapa penting peran KepaKaran seseorang dalam dunia tulis-menulis?” perlu dilihat juga medianya apa (online atau cetaK? Buku atau ‘paper’?) dan segmentasi pembacanya siapa. Kalau ada CJ dengan moto “apa saja siapa saja” misalnya, tentu harus punya PENDIRIAN untuK menampung apa pun itu dan siapa pun itu. Seandainya Kompasiana meneKanKan “KepaKaran” yang dilatar belaKangi dengan pendidiKan formal silahKan … Kalau format Kompasiana yang baru dirancang untuk lebih menariK publiK Ketimbang jurnalis serta “mengangKat” derajat publiK agar “setara” dengan “level” jurnalis, tentunya Karpet merah harus dipersiapKan juga untuK menyambut new comers yang non-jurnalis pro ataupun "awam", tidaK hanya digelar Khusus bagi “paKar” (perhatiKan greetings Kompasiana thd Syamsir Abduh dan Kafi Kurnia beberapa waKtu yang silam.)

Salam “Punya pendirian itu penting”.

*) sebagai anonym, Pepih Nugraha tidaK pernah (belum?) secara gamblang menjelasKan Ke-anonim-an bocahndeso ini Ke publiK. Sementara Kompasiana yang di-admin-in sendiri oleh Pepih Nugraha mensyaratKan bahwa Kompasianer (terutama Public) “tidak boleh anonym.” Kalau toh anonimitas ini hanya berlaKu untuK public dan tidaK (anonym) terhadap admin mungKin bisa dimaKlumi.

Friday 2 October 2009

Let The Painting Be There … In (Its) “Comvas”

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

You may lead this sitatunga to a well,
but you cannot force him to drinK.
He drinKs whenever he is thirsty.

Kanvas biru itu masih dipajang
di rumah yang direnovasi setahun seKali.
But alas …
Gempa berKeKuatan huKum
mengharusKan rumah itu disegel.
Dan membiarKan luKisan itu terbujur KaKu, bisu
LuKisan tanpa proses editing Tim Bahasa RedaKsi,
tapi … terKontaminasi oleh buah Karya Getty
Let the painting be there …
Karena taK ada lagi
yang mampu memegangnya Kuat-Kuat

Kanvas merah marun sudah terbentang
Selang tiga puluh hari …
Kalimat-Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga:
“Memang, KITA sempat vakum kurang lebih 30 hari sewatu KoKi diberangus KOMPAS, tetapi KAMI tidak berdiam diri, karena saat itu jungkir balik membangun rumah baru (Lihat postingan sebelumnya: Gempa.)
aKoe buKan ahli bahasa
tapi simaKlah penggunaan Kata KITA dan KAMI dari Kutipan diatas
yang sudah aKoe beri huruf Kapital: KITA SEMPAT VAKUM, KAMI TIDAK BERDIAM DIRI. Siapa yang vaKum dan siapa yang berdiam diri? (Monyet aja sibuK jungKir baliK mengamanKan G-string tuannya.**garing**)

Lihatlah Kanvas merah marun itu
untuK sementara dipegang oleh tim
yang “ditodong dengan sopan”
dan disetujui secara aKlamasi oleh publiK.
Semua tampaK aman-aman saja.
(Oh ya … loh KoK tulisanKoe diedit? KoK nggaK masuK headline?)
**ini kerja volunteer, boo**

Pengunjung datang dan pergi
with or without the brush.
Tim yang KompaK bisa dipastiKan
dapat membimbing peluKis pemula
ataupun peluKis “Karatan”
untuK seKedar melihat-lihat
atau mengagumi luKisan fellow painters,
but you cannot force them to paint
not even using your chosen color (or language).

Catatan Penulis: Tulisan ini terinspirasi dari Terimakasih yaaaaaaa....., terutama paragraph yang berbunyi:

“KoKiers, karena itu, biarkanlah jari-jarimu terus menari di atas keyboards, melukislah dengan kuasmu sendiri, tak hanya pasrah dilukis dengan kuas milik orang lain, atau oleh kekuatan manapun, walaupun (nanti) mungkin kau akan terluka karenanya...
Dan Z? O yeah, Z akan (selalu) memegangi kanvasnya untukmu, sekuat-kuatnya, semampunya ....”

“(Silakan mengintip desain baru KoKi, tapi itu masih dummy ya, isi artikel yang dicantumkan juga "bohongan" sekedar contoh saja, dan awal Mei ini, kalau program upload-nya sudah jadi, mudah-mudahan Z bisa menggores kanvasnya dengan tulisan, fotografi, karikatur, yang semuanya buah karya KoKiers.”

Alo, Alo, Sunt Eu Picasso*)

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Catatan Editor: Sebagai editor (merangKap uploader seKaligus Kuncen KoKi Post) waKtu aKoe lagi on duty, aKoe melihat ada artiKel dalam bahasa asing yang masuK Ke email tim uploder. Hm … ternyata dari Kontributor tetap yang tinggal di Rumania dan ini adalah tulisannya dalam bahasa Rumania. Karena pengetahuan bahasa asing Koe minim yah aKoe baca summary-nya aja dan langsung upload. aKoe percaya aja dengan Konten dari tulisan itu. Abis mo gimana lagi? Klo ada apa-apa (pelanggaran copyright, Konten berbau SARA etc.) GPP aKoe yang bersedia TANGGUNG Karena sudah ngaplod. Masalah JAWAB menjadi bagian pengirim artiKel ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~. Urusan editing? Lah mana ada ringKasan yang paKe acara edit2an? Lagian ini Kerjaan volunteering, what do you expect? BTW, ringKasan di bawah ini seKedar Keterangan ato summary ya …? aKoe yang editor aja binun. Semoga semaKin banyaK KoKiPosters yang ngirim tulisan dalam bahasa mancanegara selain Inggris. Toh isu penulisan dalam bahasa daerah sudah padam, mesKipun untuK sementara tulisan dalam bahasa Inggris masih minus penggemar/Komen/KliK. Harap maKlum.

Summary: Tulisan ini adalah liriK lagu asal Rumania yang turut dipopulerKan oleh O-Zone. Lagu berjudul Dragostea Din Tei ini bercerita tentang Kisah cinta Picasso dengan seorang wanita.

Ma-ia-hii
Ma-ia-huu
Ma-ia-hoo
Ma-ia-haha

Alo, Salut, sunt eu, un haiduc,
Si te rog, iubirea mea, primeste fericirea.
Alo, alo, sunt eu Picasso,
Ti-am dat beep, si sunt voinic,
Dar sa stii nu-ti cer nimic.

Vrei sa pleci dar nu ma, nu ma iei,
Nu ma, nu ma iei, nu ma, nu ma, nu ma iei.
Chipul tau si dragostea din tei,
Mi-amintesc de ochii tai.

Te sun, sa-ti spun, ce simt acum,
Alo, iubirea mea, sunt eu, fericirea.
Alo, alo, sunt iarasi eu, Picasso,
Ti-am dat beep, si sunt voinic,
Dar sa stii nu-ti cer nimic.

*) a line from Dragostea Din Tei.

Thursday 1 October 2009

BuKan Salah Asuhan

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

TaK banyaK pemerhati KoKi yang menilai bahwa KoKi Kompas Komuniti seperti diKarbit. Salah satu sesepuh sempat mengingatKan Pengasuh KoKi tentang hal ini dan reaKsi pertama Sang Pengasuh adalah “HAHAHA” dalam hurup besar, seperti yang diKutip sesuai aslinya di artiKel
Terimakasih yaaaaaaa.....
Kutipan dari tetua KoKi ini ditampilkan pengelola KoKi Kompas bersamaan dengan penobatan KoKi sebagai "Citizen Journalism of the Year" oleh Romo F.

"Mudah-mudahan perubahan KoKi, yang hampir terjadi setiap tahun, tidak dirasakan terlalu cepat oleh KoKiers ya. Seorang Bapak, sesepuh KoKi, pernah memperingatkan saya, "Zev, ijinkan saya untuk memberi wejangan, untuk memberikan waktu kepada waktu. Bahkan Tuhan pun memerlukan 7 hari untuk menciptakan dunia."

HAHAHA, terimakasih ya Pak untuk segala nasihatnya, mudah-mudahan hadiahnya bisa diterima dengan baik, termasuk oleh para sesepuh KoKi."

KoKi buKan aKibat salah asuh. KoKi nya aja yang hiperaKtif, yang ingin cepat besar, cepat mendunia dan dapat terbit dalam bahasa mancanegara secepat-cepatnya. Semoga balita KoKi taK Kehilangan masa KanaK-KanaKnya.

"Gempa" Itu BerKeKuatan HuKum

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Gempa di Padang
Datang menghadang
Pun tiada seorang
Dapat menghalang

Dalam rubriK KoKisiana yang berjudul Gila-Gila-an? Berani?, Zeverina, pengelola KoKi Kompas Komuniti saat itu menjelasKan secara singKat KonstruKsi bangunan KoKi yang dibangun dan direnovasinya “sendiri” dengan pulsa, airmata, darah dan cinta. BeriKut adalah petiKannya:

"O ya rumah ini beserta kamar-kamarnya, oleh Z sudah dirancang tahan gempa, dan terbukti semenjak berdiri 24 Agustus 2005 (kalah 86 tahun dibandingkan Nyonya Meneer yang sudah berdiri sejak tahun 1919), masih berdiri tegak meskipun tanpa bantuan Viagra, Cialis, etc dan berkali-kali dilanda getaran vibrator, mesin cuci, HP, hingga banjir dan GEMPA beneran, ya tetap bertahan, sekaligus Z ingin menguji getaran GEMPA sebesar apakah yang mampu menghancurkannya."

Tulisan pasca Pro/Kontra-OOT itu dilansir untuK “menantang” KoKiers “ber-Gila2an-ria”. Kegilaan yang mungKin mengaKibatKan “gempa”. Gempa berKeKuatan huKum itu bernama SK (Surat Keputusan) dengan preambul: “Fungsi pengiriman artiKel di situs KoKi aKan ditutup mulai tanggal 1 Mei 2009.” Apabila suatu saat Kompas aKan membuKanya Kembali sah-sah aja, sejauh nama penggagasnya dicantumKan. BisaKah logo KoKi Kompas Komuniti “ditariK” dan nama/brand KoKi sebagai Kepanjangan dari Kolom Kita dilenyapKan dari Kompas? (Lha wong arsip zadoel aja ngga bisa dipindahKan gitu aja.) BuKanKah penggagas/creator logo dan brand sudah dengan suKarela menyumbangKan gagasan dan Karyanya Ke Kompas? MenggunaKan logo dan nama tsb diluar Kompas? Boleh2 aja sejauh individu yang ingin memaKainya itu meminta izin sesuai dengan tata Krama/etiKa sama P dan W. At least basa-basi getto, yaKin sih mereKa ngga baKalan Keberatan. (Ngga lucu Kan … Klo si creator ngga boleh nempel logo buatannya ndili di blognya ndili. **Kebangetan**)

Bagaimana dengan KonstruKsi rumah baru (again!?), Asmod yang merasa dan mengaKu turut membangun KoKi sejaK 4 tahun yang lalu itu tidaK mencantumKan atau bahKan seKedar menyinggung geraKan di GubuK Perjuangan di rumah sementara. Dalam “DisKusi: JiKa Pengelola KoKi Absen” yang ditulis oleh Z – dan AsMod, disebutKan bahwa KevaKuman selama 30 hari dipergunaKan untuK “jungKir baliK membangun rumah baru” tanpa referensi sebarispun terhadap GubuK “reot” yang sempat dipolingKan untuK diarahKan agar dapat diberangus (?).

"Halooo KoKiers, 4 tahun kebersamaan KoKiers dan pengelola KoKi, baik itu Z, atau Asmod, nyaris tanpa absen, bahkan di hari Sabtu dan Minggu kami tetap update artikel. Memang, kita sempat vakum kurang lebih 30 hari sewatu KoKi diberangus KOMPAS, tetapi kami tidak berdiam diri, karena saat itu jungkir balik membangun rumah baru."

**Emang SK pengangKatan sbg AsMod tuh tahun Kapan belaKunya, Mod? Jangan ngarang dunK.**

Catatan Uploader: Hari ini, 4 bulan yang lalu, bertepatan dengan brojolnya edisi pertama KoKi Post di Old Gum Tree.