Tuesday 22 December 2009

≈ Selamat (Hari) Ibu Lobster Nan Tangguh! ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Kapal sudah sampai di pintu air dan bergeraK pelan

aKoe dan peserta cream-tea cruise
memperhatiKan pintu air yang masih tertutup

Ya ... untuK dapat lewat,
Kami harus menunggu air masuK
dan mencapai tinggi tertentu

Secara perlahan, air pun meninggi dan tiba-tiba saja
mata awasKoe melihat ada sesuatu yang bergeraK
ternyata ada Ibu Lobster
merayap di pintu

Dengan seKuat tenaga,
Ibu Lobster itu berusaha
untuK memanjat lebih tinggi ...

dan lebih tinggi lagi ...
melewati permuKaan pintu
yang licin dan berlumut
semua itu dilaKuKannya sendirian!
BerhasilKah dia?

Ooops! Ibu Lobster terjerembab jatuh
menghilang di dalam air
sendirian!

TaK lama Kemudian,
Ibu Lobster bangKit lagi
Kali ini dia merayap
tepat di antara belahan pintu

Dengan Kedua capitnya Ibu Lobster
berusaha untuK membuKa pintu air
sendirian!

semaKin tinggi air
semakin tinggi juga posisi Ibu Lobster
entah apa yang dicarinya
di dinding pintu air itu
sendirian ...!
BerhasilKah dia?

Plung! Eh Ibu Lobster Kecemplung lagi!
Sendirian!

Air sudah mencuKupi dan Kapal Kami pun berlalu
Bagaimana dengan nasib Ibu Lobster?
aKoe taK tau,
mungKinKah dia tergilas Kapal Kami?
Atau mungKinKah dia terbawa arus
dan lolos melewati pintu air?
entahlah ...

Catatan:
BelaKangan aKoe tau bahwa Ibu Lobster itu ternyata sedang dalam perjalanan bisnis penting yang harus dilaKuKannya sendirian. Dia berhasil melewati pintu air itu dan telah menanda tangani MOU yang hanya disaKsiKan oleh ... seorang KURIR. Tanpa sponsor, tanpa momentum, tanpa Kilatan blitz dan tanpa pidato. MasihKah tersisa sediKit teKad dan asa untuK mempertahanKan integritas pribadi dan Kebebasan bereKspresi ... ? Just wait and see ...

Monday 21 December 2009

≈ Blogger BeKasi: Dari Pre-Launching, Launching, Hingga Tanda Tangan MOU ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈


~ Screenshot Be-Blog ~

Dari acara blogshop Kompasiana di CiKarang yang disambung dengan beberapa acara KopDar Kompasiana, Komunitas Blogger BeKasi yang diKetuai oleh Aris Heru Utomo ini terbentuK. Sebagai “anaK pertama” Kompasiana, salah satu program Kerja Blogger BeKasi adalah menjalin Kerjasama dengan Kompasiana secara rutin.

Pre-Launching Blogger BeKasi (Be-Blog) digelar tanggal 17 Agustus yl di Bekasi Cyber ParK (BCP). Pemilihan tempat ini ada hubungannya dengan Komitmen dan Kerjasama antara blogger BeKasi dengan BCP. MesKipun berbasis di BeKasi, Komunitas yang mempunyai tagline: "Menembus Tapal Batas" ini membuKa tangan seluas-luasnya untuK siapa saja yang mau terlibat dan aKtif menjadi anggota, seperti tercantum di syarat Keanggotaan.

Pada tanggal 17 OKtober, tepat dua bulan setelah “soft opening”, grand opening pun diluncurKan di tempat yang sama yaKni di BCP. Peresmian Blogger BeKasi ini dihadiri oleh Taufik Mihardja bos Kompas.com dan Pepih Nugraha Kepala SuKu Kompasiana.com. Di antara ratusan blogger hadir juga Chappy HaKim, Prayitno Ramelan, Budi Putra si BapaK Blogger merangKap country editor Yahoo! Indonesia asal BeKasi, dan tentunya para pengurus Be-Blog. Di antara orang penting yang hadir pada acara peluncuran blog KroyoKan ini ada waliKota Bekasi yaitu H. Mochtar Mohamad yang Kemudian menyediaKan dana sebesar 45 juta dari Kantongnya sendiri untuK menggiatKan lomba penulisan Blog dan Photo Blog bertemaKan "AKu Cinta BeKasi".

Dua bulan beriKutnya, tepatnya pada tanggal 17 Desember yl, Blogger BeKasi menandatangani MOU dengan TelKom di Graha Telkom Gatot Subroto yang dilaKukan oleh GM TelKom Bekasi dan disaKsiKan oleh petinggi Telkom.

SepaK terjang Blogger BeKasi ini taK hanya diwartaKan oleh Kompasianer seperti: Syaifuddin Sayuti, Rawi dan Amriltg, aKan tetapi diliput juga oleh Media Indonesia bahKan oleh Antara. Hebat! Belum berumur dua bulan sudah perjalanan hidupnya, Be-Blog sudah diliput dan disaKsiKan KhalayaK ramai baiK di dunia maya maupun di dunia nyata! Mau tau berapa jumlah anggotanya? Hm … intip aja di sini.

Sunday 20 December 2009

≈ Mbah MD Pun (Pasti) Menangis, Katedra Rajawen! ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

~ Foto miliK KoKi Post yang dipajang di Kompasiana
TANPA menyebut sumber dengan jelas dan tepat ~

Barusan aKoe agaK terKaget-Kaget dan Kecewa, Karena ada yang memasang foto jepretan MbahKoe di Kompasiana! Foto itu dipaKai sebagai ilustrasi puisi Katedra Rajawen yang berjudul Tuhan Pun Menangis, dan “malangnya” hanya menyebutKan “google.com” sebagai sumbernya! Foto “bermasalah” ini adalah foto “air mata” yang pernah diterbitKan oleh MbahKoe di With Love We Remember KoKi tgl 1 Mei 2009, tepat pada hari penutupan (resmi) KoKi Kompas Komuniti.

Foto "Air Mata" asli dari TKP-nya

Sama seperti MbahKoe, sebagai cicitnya, aKoe taK pernah Keberatan apabila ada orang yang memasang/memaKai foto hasil KaryaKoe yang sudah dipubliKasiKan di public domain spt internet TANPA perlu meminta izin baiK tertulis maupun taK tertulis, nyata atau maya, asal disebutKan sumbernya dengan jelas. Hitung hitung sharing, why not?!

~ Screenshot dari Indonesia Kreatif yang memajang foto miliK KoKi Post ~

Beberapa waktu yl aKoe menemuKan foto hasil jepretan Mbah MD di tayang ulang di Indonesia Kreatif, dengan menyebutKan sumbernya adalah KooKKaburra. Foto dengan judul “jalansetapaK.jpg” yang alhamdulilah tidaK diganti oleh the second user of this foto. Foto tsb sebenarnya dan TEPATNYA berada di artiKel So We Gotta Say Goodbye. Tapi aKoe menghargai niat baiK dan usaha dari Indonesia Kreatif untuK mencantumKan blog Mbah MD tsb sbg sumbernya.

~ Foto "jalan setapaK" di loKasi asalnya ~

SingKat cerita, sebagai ahli waris tahta Kerajaan KooKKaburra Enterprise, aKoe nggaK pernah dan nggaK aKan mempermasalahKannya, selama foto tsb tidaK dipaKai untuK tujuan Komersil, mesKipun menurutKoe ... sediKit OOT aja nempel foto tsb sbg ilustrasi “tempat wisata.” (Itu mah urusan redaKsional blog tsb, hehe …)

So please ... pesan Mbah MD: Tolong disebutKan sumber foto dengan jelas. Nyomot di google emang gampang, tapi tolong hargai tuKang foto-nya, mesKipun foto2 miliK KoKi Post nggaK "bagus-bagus" amir. Thank you.

Friday 18 December 2009

≈ You Ain't From Around These Here Parts, Are You Boy? *) ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Tulisan ini mengendap dan lahir aKibat Jalan-Jalan-Sore di Photoshop Disasters (PsD) beberapa hari yl.

Sesuai dengan judul blog, PsD punya “spesialisasi” yaitu memosting foto hasil olahan Photoshop yang ada “cela”nya. Selalu aja ada foto yang ditampilKan. Blog yang hemat aKan Kata-Kata ini ternyata menghimbau pembacanya untuK mengirim atau memberi tau foto “ancur” hasil olahan Photoshop untuK di-share di PsD.

Hari itu foto yang ditampilKan PsD adalah IKlan HT Kenwood – nggaK ada hubungannya dengan Ken AroK yang hilang taK Ketahuan Rimba (atawa AnaK) nya. SilahKan perhatiKan iKlan ini baiK-baiK:

~ Screenshot dari Photoshop Disasters ~

Orang awam seperti aKoe ajah bisa melihat ada yang tidaK proposional dengan tangan Kanan Sang Koboi. Tangan Kanan-nya itu terlihat lebih besar dan lebih putih dari tangan Kiri. Tambahan lagi tangan Kanan si Cowboy lebih mulus alias taK berbulu dibanding tangan sebelahnya.

Pemberian judul “Kenwood: The Right to Bare Arms” pun sangat tepat dan membantu pembaca untuK menemuKan “Kesalahan” Photoshop tsb. Penggunaan Kata RIGHT yang bermaKna ganda sangatlah cerdas! “Right” bisa berarti “Kanan” dan bisa juga bermaKna “haK”. Sementara “bare arms” lebih focus Kepada tangan “telanjang” dalam hal ini maKsudnya adalah “tanpa bulu”. BayangKan ... brosur iKlan ini hampir dapat dipastiKan adalah hasil Kerja profesional. So ... Waspadalah! Waspadalah! Sepandai-pandai KodoK melompat aKhirnya … Kecemplung juga.

*) Judul postingan ini Koeambil dari Kalimat yang tertulis tepat di bawah foto Cowboy. Pernyataan “You ain't from around these here parts, are you boy?” menegasKan si Koboi buKan berasal dari “daerah sini" dan bahwa tangan si (cow) Boy buKanlah "part"/bagian dari tubuh nya.

~~~Hepi Niu Yeah~~~

Monday 14 December 2009

≈ Politikana: Web 2.0 Untuk Belajar Demokrasi ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

KetiKa menguping disKusi di satu media online, aKoe
Kesandung sebaris linK dan Kepleset di Politikana.com. MesKipun aKoe taK menyuKai politiK, rasa ingin tau mendorongKoe untuK berselancar sejenaK. Politikana resmi diluncurKan dari Gedung Teater Komunitas Salihara, JaKarta Selatan tepat pada tanggal 27 April yang lalu. Seperti layaKnya suatu hajatan, pesta-pora Kelahiran Politikana dimeriahKan dengan acara hiburan dan dihadiri oleh undangan antara lain Goenawan Muhamad yang memberiKan pidato.

Kenapa GM? TaK heran, Karena, mesKipun alamat situs ini tidaK mengandung Kata TEMPO, ternyata Politikana adalah MITRA dari PT Tempo Inti Media Tbk, atau dibahasaKan dengan “In partnership with TEMPO.

Situs ini telah memproKlamirKan bahwa “Politikana adalah situs politik Web 2.0 yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.” MesKipun Konten situs ini “berat bin serius” ada lahan untuK ber-OOT (Out Of Topic). Politikana bersifat UGC (User Generated Content) dimana pengguna dapat langsung menerbitKan tulisannya. Selain itu, situs ini menganut UMC (User Moderated Content) dimana pengguna dapat memoderasi sendiri Konten dari blog mereKa.

Siapa sih dibaliK Politikana? Adalah Enda Nasution yang duduK sebagai “Publisher”. Sebagai inisiator, publisher yang punya juluKan Presiden Blogger Indonesia ini “ditemani” Yusro M. Santoso dan Antyo Rentjoko selaKu “Editor” atau “pemangKu Konten.”

KetiKa mengintip halaman KETENTUAN, aKoe sangat terpesona dan terpana Kagum. Disitu tercantum butir-butir Ketentuan bagi pengguna yang mau nge-blog di Politikana. Satu poin berjudul “KepemiliKan Informasi” menjabarKan bagaimana pengelola, dalam hal ini PolitiKana, sangat menghargai haK cipta, haK tayang dan haK miliK dari pengguna Politikana. SelengKapnya bacalah Kutipan beriKut:

"Kepemilikan Informasi. Pengelola tidak akan mengklaim kepemilikan Informasi yang dikirim, diunggah atau ditampilkan pada situs "POLITIKANA". Namun, Anggota, yang merupakan pemilik atau pemegang hak atas Informasi, setuju untuk memberikan hak kepada Pengelola, yang bebas royalti dan tanpa batas wilayah (worldwide), untuk menampilkan, memodifikasi, atau memperbanyak Informasi pada situs "POLITIKANA" untuk kepentingan promosi situs "POLITIKANA". Hak yang diberikan kepada Pengelola tersebut akan berakhir apabila keanggotaan Anggota pada layanan situs "POLITIKANA" berakhir."

Catatan PendeK: Kalimat teraKhir sengaja KoecetaK tebal.

Friday 11 December 2009

≈ BuKan (Pegawai) WarNet Biasa ... ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Warnet dengan Rp. 5000,- per jam? Atau Rp. 2000,- per 24 menit? Harganya “sopan” banget, bandingKan dengan warnet INI (1 jam = Rp. 25.000,-) . Kalau jadi member malahan bisa lebih murah lagi, cuma Rp. 3000/jam dengan syarat bayar memberships fee sebesar Rp. 10.000,-.

SeingatKoe, ada Kurang-lebih 10 Komputer yang tersedia di warnet satu lantai ini. Bisnis ini sepertinya diKelola dan dijaga langsung oleh pemiliKnya, bergantian dengan istrinya yang pernah Kulihat datang menggantiKan pada jam maKan siang dan maKan malam.

KesanKoe adalah: tidaK berisiK, adem (paKe AC) dan bersih (termasuK toiletnya). aKoe malahan pernah melihat ada yang membuKa alas KaKi di depan pintu. MesKipun kecil, peng-usaha warnet yang pelanggannya mayoritas turis manca negara ini cermat dalam mengintip peluang bisnis dengan menjual soft/hot drinKs dan cemilan seperti Kacang. Komentar-Komentar dari “pembeli” pun dipergunaKan sebagai alat promosi warnetnya. Komentar yang asli tulisan tangan itu dipasang sebagai bagian plang nama yang ditempatKan di luar warnet.

Warnet beroperasi dari jam 8:30 pagi dan normalnya tutup pada jam 22:00. AKan tetapi menurut pemiliK merangKap penjaganya Kadang Kalau rame, masih dilayani sampai larut malam. Sesama member sepertinya sudah saling Kenal dan Kalau mereKa datang, mereKa saling menyapa satu sama lain. Selama aKoe ngenet di sana, warnet taK pernah sepi customers, Kadang paKe acara ngantre segala.

Pernah aKoe tiba disana tepat pada jam buKa (8:30 AM). PemiliKnya baru saja selesai ngepel lantai Keramik. AC dan Kompi belum dinyalaKan, tapi … dalam hitungan detiK aKoe sudah bisa “duduK manis.” Ada Kejadian aneh pada pagi itu, KetiKa aKoe ceK durasi pemaKaian Kok sudah lebih dari 30 (tiga puluh) jam? Ternyata … ada setting-annya yang salah. Tanggal log in yang tereKam adalah hari sebelumnya dan ... aKhirnya aKoe hanya membayar jam yang aKoe paKe aja.

Catatan penulis:
Postingan ini yang mana mecungul Karena terinspirasi daripada sosoK seorang pemuda, in his late twenties, yang mana menurut penuturannya adalah pegawai yang mana mengabdi pada suatu warnet sahaja. Kompasianer yang mana awalnya ber-avatar KodoK Hijau itu baru sahaja menjadi anggota pada tanggal 5 Desember Kemarin itu sangatlah bersahaja yang mana beberapa Kata-Kata “rumit”, baiK spelling maupun meaning, diselipKan begitu sahaja dimana yang dia mana-suKa-siaran-niaga. Gaya “bahasa bodoh” (istilah Ken AroK) ini soenggoeh memiKeK ati raKyat Negeri Ngotjoleria termasuK Yang Mulia Baginda ASA, dimana yang mana serta-merta mengangKat pemuda ini menjadi Jubir Istana. Padahal sesoenggoehnya pemuda “lugu” yang mana terKesan taat beragama ini hanya berharap menjadi Opis Boi di Negeri Ngotjoleria dimana YM ASA bertahta.

Saat ini aKoe sedang mengiKuti SERIAL resensi buKu Inteligen Bertawaf Karangan Prayitno Ramelan olehnya. aKoe taK sabar menunggu bagian Kedua dst dst. MenurutKoe … he is not as innocent as he seems to be. In fact, he is very, very, very … SMART. SiapaKah gerangan sesoengoehnya dirinya? Entahlah ... aKoe tiada mengenalnya, baiK di dunia nyata, di dunia maya maupun di dunia gaib. But ... this “Kermit-turned-Brad-Pitt” creature is Kasmin Karyadi - seorang kompasianer yang belum juga seminggu eksis tapi cuKup mendapat tempat di Kompasiana. Landjoet Gan!

Monday 7 December 2009

≈ Perjuangan RaKyat Ngotjoleria ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Pada saat aKoe transit di New Media Kemarin, aKoe sempat mampir Ke tempat hiburan sambil menonton peresmian Lambang Negeri Ngotjoleria oleh Baginda Andy Syoekry Amal.

Screenshot Lambang Negeri Ngotjoleria
Sumber: ASA@Kompasiana

Di salah satu tempat “hiburan” itu juga aKoe membaca satu artiKel UnjuK Gigi yang, mesKipun berbumbu ngocol, sarat aKan isu serius. Sang Penulis, Poerbonegoro aka Ken Arok, adalah WNN (Warga Negeri Ngotjoleria). Ken Arok membahas tulisan Nurulloh (Tim Admin) mengenai “Esensi Kompasiana” yang menurut Ken Arok condong Kepada “pengKultusan” P.K. Oyong selaKu pendiri Kompas. Ken Arok menyuaraKan Keberatannya dalam bentuK artiKel yang santun dan to the point - tanpa penggalang masa dan tanpa petisi-petisi segala – murni suara raKyat:
"Kekuasaan yang dipegang oleh admin adalah mutlak, hukum delete dikuasai, jika sudah menyimpang dari rel, didelete saja, apa susahnya dari pada bikin postingan pake tempat VIP untuk mengeliminir pengaruh negeri Ngotjoleria. Cara seperti itu justru mengundang polemik yang dapat menurunan kepercayaan kepada admin yang bersikap mau menang sendiri. Para kompasianer yang sudah merelakan uang pulsanya demi kemajuan kompasiana ternyata hanya mendapat pernyataan bahwa disini bukan tempat ngotjol."

Selain ber-unjuK-gigi di New Media dan Hiburan, citizen journalist dari Negeri Ngotjoleria ini pun bergerilya di Ekstra Kompasiana. Kabar duKa tentang Nining dan Kang Wawan disampaiKan oleh Kang Ibeng. Kabar duKa itu juga menyertaKan disclaimer yang mempertanyaKan “KemerdeKaan BereKspresi” warga di dunia maia. BeriKut adalah Kutipan dari disclaimer tsb:

“Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat kejadian sengaja direkayasa. Berharap masih ada rumah untuk bisa bersama-sama tertawa. Masih kebingungan membuat ngotjolan yang tidak keluar dari esensi. Ternyata negeri ini memang belum benar-benar merdeka.”

Sejauh mana perjuangan WNN ini? AKun FacebooK dengan bendera Ngotjoleria pun dibuat, buKan untuK "Say No or Say Yes", tapi ... sepertinya sebagai ajang berdisKusi dan sebagai wadah untuK membuat strategi. Dengan semboyan "Membawa cinta bersama gurau tawa. Parodi bersama nurani", saat ini, anggota nya sudah mencapai 229.

Dejavu, euuuy!

Sunday 6 December 2009

≈ KetiKa Negeri Ngotjoleria Digugat Negeri Seriusiana ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

AKoe taK tau pasti Kapan Negeri Ngotjoleria dibentuK, yang bisa KoepastiKan adalah bahwa Kunjungan seseKaliKoe Ke Benua Kompasiana hampir selalu transit di New Media. Dalam persinggahanKoe tadi pagi, ada yang membuatKoe KejengKang – persis seperti KejengKang-nya aKoe KetiKa KoKi-Kompas masih hidup. AKoe seperti melihat bayangan lima seKawan berseliweran dengan ngocolnya. Apa pasal? Karena Negeri Ngotjoleria itu lumayan lutu dan menghibur. ArtiKel lutju sudah pasti mengundang KoKo lutju, yang mungKin … bagi orang-orang tertentu, menjurus OOT.

UntuK sementara orang, Kompasiana mungKin terKesan CJ yang serius. Begitu seriusnya sehingga taK berjodoh dengan KoKi Kompas Komuniti (RIP). “Ke-Konsisten-an” untuK tidaK ber-lucu-lucu-ria ini dipegang teguh oleh Kompasiana, dan … maKlumat pun digaungKan oleh Nurulloh, salah satu tim redaKsi Kompasiana. Dalam artiKelnya, Nurulloh berKata: “ Negeri Ngotjoleria Keluar Dari Esensi Kompasiana". Dari judulnya sudah KetebaK inti dari tulisan itu - bahwa Kompasiana adalah rumah sehat, buKan rumah ngotjol, bla … bla … bla ….

RaKyat Ngotjoleria pun berbondong-bondong membela eKsistensi negeri mereKa dalam bentuK KoKo, yang cuKup sopan dan argumentatif, dan dalam bentuK artiKel. Salah satu pembelaan mecungul langsung dari Andy Syoekry Amal yang taK lain dan taK buKan adalah Baginda Negeri Ngotjoleria. Dalam tanggapan artiKel dengan judul Negeri Ngotjoleria Disesatkan Di Jalan Yang Benar itu, Sang Baginda memaparKan pembelaannya a.l. bahwa NGOTJOL di negeri mereKa tidaK berbau SARA dan ngotjol masih dalam Koridor Kebebasan bereKspresi Karena dijamin oleh “pasal” TANPA MODERASI.

Virus “Keluar Dari Esensi” ini ternyata melanda Negeri Ngotjole-Ria-Kontro juga. Negeri (yang berani) gila-gila-an dan Pro-OOT dan sangat mengedepanKan Kebebasan Warga BereKspresi itu ternyata diam-diam telah melaKuKan penyunatan KoKo. BegituKah apabila integritas pribadi masih dapat ditawar atau diKontrak? Entahlah ... sebagai penonton, aKoe hanya berusaha memaKluminya ...

Friday 4 December 2009

≈ Menggugat dan Me-migrasi-Kan Parodi ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Tulisan ini bermula KetiKa aKoe membaca sebuah parodi di Koran online. Arsebook Takes On Facebook adalah judul parodi itu, dan ditulis oleh BadboyIan. Dalam tulisannya, Ian si "bad boy" ini mem-parodi-Kan “Facebook”. DiberitaKan bahwa "Arsebook" baru saja diluncurKan sebagai saingan Facebook. FYI, Kata (slang) “arse” adalah nama lain dari boKong, sedangKan Kata “face” tau dong artinya = wajah)? Tulisan itu muncul di The Spoof!.

Logo dan Tagline The Spoof

The Spoof adalah salah satu daftar bacaan yang ada di blog cucu Mbah Mariyem … eh maKsudKoe Mbah Mar’ie Djono. Trus … “spoof” itu … mahKluK apaan? “Spoof” taK lain taK buKan adalah “Funny satire and parody”. The Spoof mempunyai tagline yang berbunyi: “Always there with the funniest spoof headlines”. Koran yang mengaKu sebagai “One of the leading satire newspapers on the internet” ini memang mengedepanKan artiKel yang sungguh-sungguh lucu. AKan tetapi Kelucuan itu mungKin taK menjadi lucu Kalau Kita tidaK memiliKi bacKground Knowledge tentang apa yang di-parodi-Kan. Lucu buat si Kenthir, belum tentu lucu buat si Kenthar. Kadang, orang yang tau latar belaKangnya belum tentu menganggap hal itu lucu, bahKan bagi toKoh yang di-parodi-Kan!

Sebagai media online yang “spesialisasinya” parodi, di bagian bawah The Spoof tertulis dan dicetaK tebal: All items on this website are fictitious. Any resemblance to persons, living or dead, is entirely coincidental or is intended purely as a satire, parody or spoof.” BahKan setiap artiKel pun selalu diaKhiri dengan Kalimat “The story above is a satire or parody. It is entirely fictitious.” Intinya, The Spoof sudah membuat disclaimer dengan jelas bahwa seluruh Konten-nya adalah parodi seKaligus fiKtif, mesKipun judul atau headline nya hampir selalu terKesan serius, seperti berita-berita di surat Kabar pada umumnya.

Screenshot The Spoof

Pengen tau sejarah jatuh-bangun The Spoof? Pada 1997, Paul Lowton merintis sebuah majalah online yang diberi nama "There's No Place Like Home". Pada musim panas tahun beriKutnya, dengan menggunaKan bendera baru yaitu "Laughsend", Paul menggandeng Mark, adiKnya. Dua KaKaK beradiK ini pun lalu mengundang penulis dari “Bontang s/d Kediri” untuK memeriahKan Laughsend. Tapi sayang, Laughsend aKhirnya "game". TaK ada informasi Kapan matinya dan apa penyebabnya. Yang jelas, pada tahun 2001 The Spoof mecungul dan masih eKsis sampai detiK ini. (Moral of the story bagian ini: jatuh-bangun itu zamak, tidaK ganzil.)

Mengapa The Spoof bisa tetap eKsis hingga Kini, mesKipun “victim” yang diparodiKan adalah toKoh-toKoh terKenal, seperti Gordon Brown? (Memang sesama "spoofer" taK ada saling sahut-sahutan parodi). Tiba-tiba saja aKoe teringat Santiara. aKoe menilai Konten the Spoof yang lucu ini masih termasuK “mild”, se-mild KoKi Post. Iseng aKoe baca Terms and conditions. Pada poin no 8 disebutKan larangan untuK tidaK menulis informasi yang sangat menghina dan menyudutKan. Tentu saja ada SANKSI nya yaitu diedit atau di-delete. LengKapnya aKoe Kutip disini: “You must not post any information which is overly offensive or inflammatory. It is at the discretion of The Spoof to decide which information contravenes this policy, and your work may as a result be edited or deleted.”
PoinKoe disini adalah bahwa rambu-rambu dan sanKsi nya sudah dirumusKan sebelumnya dan sudah sangat jelas. Aturan yang tidaK "diKarang-Karang" setelah "Kejadian". Masak seeh haree genee masih mau biKin "T Shirt yang one size fits all"?

Parodi Miss Kontro
aKoe taK Kenal dan tidaK mengiKuti perKembangan (“the real”) Maribeth, pun Miss Kontro. Jadi sulit bagiKoe untuK mencerna inti dari Kisah Mariyem, aKoe hanya bisa mereKa-reKa. Yang aKoe tahu, somewhere out there … entah dimana gituuu … ada KesepaKatan TAK TERTULIS untuK menghindari tulisan/Komentar yang mengandung unsur pencemaran nama baiK, pornografi dan SARA. Oleh penulisnya sendiri, artiKel Mariyem disebutKan sebagai Kisah fiKtif. Kata Mrs Hottie artiKel itu tadinya diterbitKan sebagai “trash”. Tapi ..., Karena pageviews nya ternyata oh ternyata … tuuinggi, parodi Miss Kontro pun “naiK pangKat” dan diduduKKan di singgasana KoKisiana, dimana tulisan-tulisan parodi yang “manis-manis” seperti misalnya, Karangan Nyi Dalang biasa bercoKol. Kericuhan “Kecil” datang dari segelitir orang, termasuK oleh orang yang laKonnya mirip dengan diri Mariyem. KeKacauan ini aKhirnya diselesaiKan dengan mengungsiKan Mariyem Ke Kolom Seni. AmanKah? Sejatinya, parodi tetaplah parodi yang bisa lucu seKaligus menghibur, mesKipun mengandung satire. Di-migrasi-Kan nya Maribeth dari satu tempat Ke tempat lain mungKin terKesan "cari untung" (pindah Ke KoKisiana) dan “cari aman” (pindah Ke Kolom Seni) dengan dalih ... untuK mengaKomodir aspirasi (wuih ... bahasanya) raKyat, tapi sesungguhnya menunjuKKan KetidaK-tegasan suatu CJ-apa-sajah-siapah-sajah. (Sebagai pengintip aKoe punya andil apa? KhiKs.)
For me, parody is parody, nothing wrong with that.
Did you know ... Keeping a ducK in a stable doesn’t change a ducK into a horse?
(Memelihara bebeK di Kandang Kuda taK mengubah bebeK menjadi Kuda.)

Wednesday 2 December 2009

≈ Sumbawa NEWS: Bicara LoKal Mengupas Nasional ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Gara-gara melacaK sesuatu dengan Kata Kunci “monyet ungKapan” aKoe tersesat di Sumbawa NEWS.
My first impression? TERKESAN! Kenapa dan apa saja yang membuatKoe terKesan? SeKurang-Kurangnya ada 4 hal dari Kemasan Koran online ini yang membuatKoe terKesan:

1. Template
Tampilan situs dengan template tiga Kolom ini secara Keseluruhan enaK dilihat. TengoKlah penempatan iKlan yang lumayan reader friendly, dan pemilihan warna dasar dari space untuK iKlan itu. Halaman (pages) Sumbawa News terpampang rapi di bagian paling atas. Tertulis dalam huruf besar, di bagian ini terbaca: HOME, BERITA, SUMBAWA, CITIZEN JOURNALISME, SERBA-SERBI, FORUM, CHATTING, LINK, KAMUS, GALERRY, KONTAK dan OLD VERSION. IMHO, halaman-halaman ini aKan Kelihatan lebih rapi apabila lebar dari penulisan “tag” nya disesuaiKan dengan lebar screen. MaKsudnya aKan lebih sedap dipandang apabila tab OLD VERSION posisinya ada pas di bagian paling ujung Kanan, tanpa menyisaKan ruang. Tapi hal ini taK mengurangi my curiousity. Salah satu halaman yang aKoe KliK adalah OLD VERSION. Apaan tuh? Ternyata linK itu membawaKoe Ke Sumbawa Zadoel. Apa ya … pertimbangan untuK tetap membiarKan arsip tsb di rumah lama? Apa Karena alamatnya beda? Dari [http://sumbawa.tripod.com] Ke [http://www.sumbawanews.com]? Kalaupun arsipnya dipindahKan, buKanKah counter-nya seperti google analytics atau sitemeter dan sejenisnya, taK aKan berfungsi di alamat baru? (Ada yang bisa mencerahKan?)

2. Tagline
Sejarah the New Tagline “Bicara Lokal Mengupas Nasional” yang menggantiKan "The First Online News From Sumbawa” dipaparKan dengan jelas. Quote: Awalnya Sumbawanews hanya fokus pada pemberitaan lokal seputar NTB, Seiring dengan makin pesatnya jumlah pengunjung Sumbawanew dari beragam wilayah dan profesi maka sumbawanews mengubah konsep dari pemberitaan lokal menjadi lebih luas dengan jangkauan nasional. Perubahan ini juga diikuti dengan perubahan motto dari "The first online news from sumbawa" menjadi "Bicara lokal mengupas nasional".
Selain berfungsi untuK menunjuKKan jati diri "Sumbawa" yang sudah "go nasional" dan sudah meluas jangKauannya, tagline yang baru ini juga meneKanKan KOMITMEN "Sumbawa" untuK mengupas masalah-masalah nasional, taK seKedar mengupas masalah daerah. Bagaimana dengan penempatan tagline baru itu? Hmmm … tagline-nya tampaK duduK manis dan anggun di pojoK Kanan bawah, taK jauh dari logo. (BandingKan dengan posisi tagline Kompasiana.)

3. Logo
Begitu membuKa situs Sumbawa News, aKoe terKesima dengan logonya. It's catching my eyes. Belum pernah aKoe menjumpai logo dengan dasar hitam yang biasanya "jelek" tapi mampu berefeK menyihir yang menyenangKan buatKoe. Ya … dasar hitam itu justru membuat brand Sumbawa NEWS.com sangat dominan dan menonjol. Warna-warna Kontras dari hitam seperti putih (untuK “umbawa”, merah (untuK “NEWS”) dan biru (untuK huruf “S”), disertai huruf “S” hijau lumut di atas dasar biru dalam lingKaran biru tua dan putih. Sementara itu, “dot” atau titiK nya merupaKan “miniature” dari lingKaran S tadi, hanya saja, pewarnaan “S” terlihat putih, buKan hijau lumut. Hal ini mungKin Karena uKuran lingKaran yang jauh lebih Kecil atau mungKin ada unsur Kesengajaan untuK tidaK menonjolKan hurup “S” tsb, tapi cuKup memberiKan identitas “Sumbawa” yang Kental. Selain pemilihan font color yang serba Kontras (**jadi inget KoKo Romo Flores**), pemilihan font size juga sepertinya dipiKirKan dengan matang. Tentunya semaKin besar uKurannya, semaKin penting atau semaKin ditonjolKanlah huruf atau kata tersebut. Font yang dipaKai buKanlah huruf yang “indah dan berleKuk-leKuk”, tapi huruf yang tegas seKaligus rapi jali. Tegas dalam arti taK ada bagian dari huruf itu yang tertutup oleh “hiasan-hiasan” yang nggaK jelas. Kesegaran dari logo ini juga terlihat dengan adanya refleKsi dari bola huruf “S”. IMHO, mungKin aKan terKesan lebih segar lagi apabila tulisan “SumbawaNews.com” ada bayangannya juga. Logo yang ditempatKan dibagian “head lines” ini dimunculKan secara “scrolling” yang "aman" buKan “blinKing” ala slideshow yang mungKin dapat mengganggu penglihatan bagi orang-orang tertentu. Perlu dicatat bahwa email resmi redaKsi dicantumKan di ujung Kanan logo. Email yang beralamatKan Sumbawanews dot com sungguh menambah Ke-profesional-an Koran online ini.

4. Profile
Seperti KebiasaanKoe yang suKa mencari tau “apa dan siapa” nya suatu situs, aKoepun berusaha untuK mempelajari Sumbawa News ini. MesKipun agaK sulit untuK menemuKan “tab” yang KoemaKsud, aKhirnya aKoe menemuKannya di sub-bagian “KONTAK” dengan tag ABOUT US. Di dalamnya aKoe menemuKan “Profile SumbawaNEWS.com” dimana aKoe bisa menemuKan profile dan siapa saja yang duduK dalam “Redaksi SumbawaNews.com”, dari pendiri, pemimpin, redaKtur, IT Manager serta Administrasi nya. FYI, "tim IT" Sumbawa News diduKung oleh Smart Intermedia - Professional Web Developer (**professional boo!**) Selain itu, Sumbawa News juga "diKawal" oleh beberapa wartawan yang ditempatKan di propinsi itu. Di bagian ini juga dibubuhKan nama dan loKasi Kontributor, serta alamat lengKap redaKsi.

Anggur Lama Botol Baru?
Setelah membaca sejarahnya, aKoe baru tau kalo Sumbawa News ini adalah reinKarnasi dari http://sumbawa.tripod.com yang sepertinya sudah (sengaja?) RIP, dan suatu milis berbasis propinsi Sumbawa. Lain Sumbawa, lain pulaK Makasar. Kelahiran Panyingkul! yang secara bersamaan juga membidani serta mengelola milis, adalah murni untuK membangun CJ. Berbeda dengan Sumbawa yang "membesar" dari situs "kecil" plus milis, KoKi lahir "aKibat" artiKel "eseK-eseK", dan sudah bereinKarnasi dan pindah rumah berKali-Kali, serta sudah beranaK-pinaK (untuK menghindari Kata "pecah") menjadi rumah-rumah CJ dan milis-milis dengan visi dan misi tersendiri. Sementara KoKi sendiri, sebagai induK, sepertinya masih bingung arahnya Kemana, mesKipun masih mempertahanKan tagline yang Konon (masih)... nendang?

Bicara reinKarnasi CJ, ibarat mengupas seluK-beluK anggur, dimana GRAPES berubah wujud jadi WINES. Sebagai pohon anggur yang sudah memproduKsi anggur dengan berbagai mereK, buah dan KeniKmatan setiap teguKan anggur KoKi sepertinya sudah semaKin berKurang. Perlu bibit baru atau penanaman Kembali. MereKnya sih tetap sama, cuma ... botolnya aja yang gonta-ganti mulu. Sumbawa News BUKAN lah anggur oplosan. MesKipun Sumbawa merupaKan "newspaper" yang memiliKi Konten berbau CJ, menurutKoe, Sumbawa News adalah “YOUNG WINE” yang sudah “MATURE” pada waKtunya. Kalaulah Koran maia berbasis "daerah" ini bisa memperoleh iKlan yang menurutKoe relatif banyaK, ANGGUR ini patut diacungi jempol. (PanyingKul! yang masih di urutan "satu jutaan" saja ada iKlannya.)
Congrats Sumbawa! Mari bersulang! Cheers!

FYI: Menurut Alexa, saat ini ranking dunia dan Indonesia ketiga situs tsb di atas adalah sbb: Di dunia, urutannya adalah Sumbawa News 168.888, KoKi 356.522 dan Panyingkul! 1.047.523. Di Indonesia posisi Sumbawa News 2.548, KoKi 8.674 dan Panyingkul 36.153. Melihat "usia" dari ketiganya yang seumuran, yang sama-sama buKan berbasis blog, dan dengan mengenyampingKan "Kadar" atau Konten CJ atau "news" dari ketiga situs tsb, UNTUK SEMENTARA, bisa diKetahui mana cicaK, Kadal ataupun buaya nya.

Tuesday 1 December 2009

≈ Booboo Goes Bananas ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈


Siang itu Booboo tampaK resah
TaK ada yang memberinya pisang
Booboo lalu memutusKan untuK bobo-bobo siang
Mata Booboo tinggal setengah watt
Dia pun merebahKan tubuhnya
Sesaat Kemudian, dia merasa ...
seperti ada yang merayapi tubuhnya
Booboo membuKa sebelah matanya
Masih belum foKus ...

"Apa ini? AnaK Bu Aya Kah?" ucapnya langsung berdiri
"Oh no! Ternyata Ka' Dal!" teriaKnya terKaget-Kaget.

Thursday 26 November 2009

≈ Please Help Yourself To Bananas ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

SeKilas, setandan pisang hijau ini tampaK seperti buah pisang pada umumnya. Yang taK lazim adalah tulisan-tulisan di Kulit buah pisang itu. Apa ajah sih yang ditulis? Ada "Diana", "Zero", "Aldi" dan beberapa Kata lain. Sepertinya nama. AKan tetapi ada juga Kata "K*N**L, dimana Kedua hurup "O" tidaK begitu Kentara.

TaK jelas apaKah perbuatan itu "Kerjaan" si penjaga taman safari atau hanyalah Keisengan pengunjung, yang pasti ada "huruf Korea" nya. "PemiliKnya" bahKan menulisKan namanya dua Kali di satu pisang. Kalau penandaan pisang itu berarti KepemiliKan, harus nunggu berapa lama sampai pisangnya matang? ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~

Pisang-pisang yang Kuning dan ranum ini taK bernama. Namun, taK berarti bahwa pisang itu taK bertuan. These bananas belong to Booboo :). FYI, Booboo is Mamang Q's ADOPTED child.

Please click "MORE" to feed Booboo.
ThanK you and ... enjoy!

Monday 23 November 2009

≈ BlogdetiK, Pesaing Kompasiana? ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Judul artiKelKoe ini “Koe-bolaK-baliK” dari tulisan Anjari Umarjianto di Detik yang bertajuK Kompasiana, Pesaing Blogdetik!. Blogger yang mulai aKtif di Detikblog sejaK April 2008 ini, mulai icip-icip Kompasiana dan sudah nge-Kost di KOMPAS seKitar 6 bulan yang lalu. Kesan dan pengalamannya nge-blog di Kompasiana diungKapKan Anjani dengan jujur, apa adanya.

Seperti tersurat di judul postingannya, Anjari yang merupaKan pengguna BlogdetiK dan Kompasiana itu meyaKini bahwa Kompasiana berpotensi menjadi saingan Blogdetik dan buKan sebaliKnya. Anjari melaKuKan “percobaan” dengan mengirim dua artiKel dengan judul sama yaitu: “miyabi bertamu di rumah saya”, Ke Blogdetik dan Kompasiana. TidaK dijelasKan apaKah isi dari tulisan itu juga sama. (AKoe berusaha untuK mengeceKnya, tapi linK yang di Kompasiana-nya “mati”.) Hasil penelitian Anjari menunjuKKan bahwa postingan “Miyabi” yang di Kompasiana, memperoleh dua Kali lipat pageviews dibandingKan dengan “Miyabi” di Blogdetik. Btw, alat uKur yang digunaKan taK sama, satu sitemeter dan satunya lagi hasil perhitungan Kompasiana.

Nama besar Kompas dan “traffic” Kompasiana serta data pageviews Kedua artiKel mengenai Miyabi ini membuat Anjari Kesimpulan bahwa Kompasiana lebih “heboh” dan berpeluang menjadi pesaing Blogdetik:
“melihat nama besar kompas dan “hidup”nya komunitas kompasiana, ini dapat menjadi pesaing berat bagi blogdetik. atau malah jangan-jangan mengancam blogdetik. bukan sesuatu yang mustahil, blogger yang selama ini nge-kost di blogdetik akan pindah kost di kompasiana.”

Karena aKoe hanyalah “pengintip” dan taK punya aKun di situs-situs tsb di atas, tentu saja aKoe menghargai pendapat Anjari tentang data, studi kasus-nya dan pengalamannya ngeblog di dua situs tsb.

Siapa Pesaing Siapa?
Alexa, menempatKan Blogdetik.com dalam peringKat 87 se Indonesia dan peringKat 5.340 dunia. Sementara Kompasiana.com, di Indonesia, masih di urutan 225 dan di dunia di urutan 18.563. (FYI, nomor 1 adalah situs yang paling TOP BGT.)

Bagaimana dengan peringKat “induK-induK” Kedua situs ini? Masih menurut Alexa, berdasarKan peringKat negara, dalam hal ini Indonesia, Detik.com ada di ranKing 9, sementara Kompas.com di urutan 11, dua peringKat di bawahnya. Di tingKat dunia, Detik.com ada di nomor 434, sedangKan Kompas.com di nomor urut 656.

Secara statistiK (dalam hal ini: Alexa), sudah terang-benderang bahwa baiK di Indonesia maupun di tingKat dunia, Blogdetik LEBIH TOP Ketimbang Kompasiana. Bagaimana dengan data Pageviews, Daily Pageviews per user dan Time on Site Kedua situs ini dalam rentang tiga bulan teraKhir? SilahKan lihat perbandingan grafiK Blogdetik dan Kompasiana di bawah ini.

Pageviews:
Blogdetik (biru) lebih tinggi dibanding Kompasiana (coKlat)

Daily Pageviews per User:
Kompasiana lebih unggul dibanding Blogdetik

Time on Site:
Kompasianer spend more time (on site) than Blogdetikers

Secara Pageviews, berdasarKan data pada tgl 21 November, persentasi (%) Blogdetik (biru) cenderung lebih tinggi daripada Kompasiana (coKlat). Data ini lebih penting, Karena Alexa menghitung jumlah total KliK. Total Pageviews inilah yang menentuKan peringKat suatu situs. AKan tetapi, jumlah KliK per hari per tiap pengguna diungguli oleh Kompasiana. Diantara Keduanya, pembaca Kompasianer ternyata lebih betah berlama-lama mantengin Kompasiana. "Unggulnya" Kompasianer untuK Daily Pageview per User dan Time on Site, bisa jadi dipengaruhi oleh beberapa faKtor, misalnya Kebiasaan menggunaKan shared-computer (di Kantor atau di warnet), bisa juga Karena panjangnya artiKel, lamanya mengaKses Karena KoneKsinya lelet atau sebab-sebab lain.

StatistiK yang tertangKap tangan ;) ini, merupaKan data dari pertengahan Agustus s/d Pertengahan November. ArtiKel Anjari ditayangKan tanggal 20 OKtober, dan tentu saja tingginya pageviews artiKel Miyabi-nya Anjari dipengaruhi banyaK faKtor, antara lain jumlah user yang online saat itu, tautan (linK) dari Kata “Miyabi” sendiri, dan tentunya format the new Kompasiana yang baru di-launching, dimana mungKin pada saat itu dipadati oleh pengintip-pengintip yang punya rasa ingin tau dan mau icip-icip. Sebelum memutusKan “pindah Kost”. SingKat Kata, pergeraKan aKan terus berfluKtuatif secara real time. Site owner sah sah saja mempubliKasiKan dan menonjolKan Keunggulan data statistiKnya, tanpa perlu ada pembanding yang "sepadan." Pertanyaannya: Apa sih ANGKA itu? Mana yang urgent diprioritasKan? MasuK sepuluh besar Indonesia (atau Dunia?) MemiliKi pageviews yang lebih tinggi dari situs Kompetitor? Atau ... mau diborong abis semuanya? ~KhiK~KhiiK~KhiiiK~

10 Besar vs 20 Besar?
MasuK sepuluh besar tentu buKan hal yang dapat dicapai dengan mudah dan instant. Apabila sudah masuK dalam ranKing top ten se Indonesia, pergeseran peringKat boleh diKata tidaK “se-fluKtuatif” let say … yang belum masuK 100 (seratus) besar. Menurut Alexa, Blogdetik sudah Online Since 29 Mei 1998 – cK cK cK … lebih dari sepuluh tahun bo, ya … nggaK heran dunK. Apalagi, untuK “uKuran Indonesia” pada tahun tsb, yang addicted ngeblog relatif masih sediKit; Klo mo ngenet ngga “semurah” seKarang dan warnet mungKin belum begitu menjamur; dan hmm … tentu “nama besar” dan “traffic” Detik punya pengaruh.

Haree genee, di Indonesia, sudah banyaK aKses internet yang serba mobile, misalnya mobile blogging, mobile broadband yang jauh lebih murah, mudah dan cepat dibanding 10 tahun yang lalu. Fasilitas ini juga mengubah "gaya hidup" jari-jemari netters, dimana Kalau ada yang lebih hijau ... ya plaraK-pliriK dan mungKin ... pindah Kost. Selain itu, momentum turut mempunyai andil. Lihat saja bagaimana peringKat Kompasiana naiK drastis dari penayangan beta; yang merayap menjelang ulang tahun pertama dengan new format; sampai bergeraK “tipis” di bilangan 18.000-an dunia dan masuK 300 besar se-Indonesia. (SilahKan baca artiKel terKait).

Bagaimana menyiKapi angKa dan rating? MasuK dalam ranKing 10 atau ranKing 20 memang Kelihatan beda. Tapi Kalau Kita membandingKan angKa 9 untuK peringKat DETIK dan 11 untuK KOMPAS ya … sepertinya beda tipis. Masalahnya adalah Kita TIDAK sedang membicaraKan induK, tapi ANAK KANDUNG.

Sebagai anaK Kandung Detik, Blogdetik diliriK mungKin Karena induKnya. Kompasiana diliriK Karena Kompas. KoKi Kompas Komunitas (RIP) dulu pun diliriK Karena Kompas. KoKiers Kompas Komuniti adalah juga penggemar berat Samuel Mulia dan juga pembaca setia yang selalu mengaKses artiKel yang ada di Urban Life Kompas dan Kolom (PaKar) SeKsologi. MereKa ini buKan KoKiers “sejati”, tetapi mungKin aslinya memang pembaca setia Kompas yang Kalau mau membaca artiKel/Kolom Kesayangan mereKa, harus masuK lewat pintu KoKi Kompas. Jadi ... Kalau mereKa "hilang" Kenapa repot-repot mencari? Mending menjaga dan memelihara yang masih "tersisa."

Sebagai mitra Kerja (buKan anaK Kandung), misi KoKi-Detik untuK mengembaliKan Pageviews seperti KetiKa menginduK di Kompas sah-sah saja. Cuma ... diperluKan momentum/timing dan strategi yang jitu apalagi Kalau masih niatan untuK menyalip lawan. Sungguh taK ada salahnya memiliKi motivasi untuK bersaing. Tapi ... apa sih manfaatnya mengejar rating? Apalah gunanya diduKung Tim IT terbaiK, didanai oleh BanK terbesar atau digandeng top-ten-site se Indonesia apabila tidaK diduKung dengan usaha-usaha untuK mengembaliKan citra, Kepercayaan dan Kredibilitas KoKi sebagai CJ siapah-sajah-apah-sajah? Eeeh ... malah melarang orang untuK mengintip. Blogdetik, Pesaing Kompasiana? For the time being, YES!
KoKi-Detik, Pesaing Kompasiana? Only time will tell ...
Salam dan … good lucK!

Sunday 22 November 2009

≈ Menjelang Ijab Kabul, Mute Swan Dipingit! ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Selama masa pingitan,
Mute Swan taK banyaK bicara.
Pun pagi tadi
Dia membisu,
membenamKan paruhnya
di antara Kedua sayapnya.

Di Kolam Koran Kitorang
yang berwarna KecoKlatan
Terpantul sinar mentari
berwarna ke-merah-marun-an.
Warna yang menjanjiKan
dan mencerahKan,
Mas Kawin-Kontrak sudah dihantarKan
dan ditanda-tangani,
mesKipun alot,
mesKipun mungKin …
harus banyaK mengalah.

SeKarang tinggal menunggu resepsi …
IniKah saatnya Angsa tangguh returns?
"SiK asiK Buaya CiZe … sebentar lagi
mecungul di dunia maia …",
kata si Beiby.

Kurang lebih sebulan yang lalu …
Sebelum dipingit pun
Mute Swan remains mute;
Diam itu emas

Tapi toh sulit untuK
membiarKan gossip yang beredar
Kolam Koran Kitorang bergejolaK
Lihatlah buih-buih di Kolam itu
Sambil meleKuKKan leher jenjangnya
dan membentuK huruf “S”,
Mute Swan bertitah:
“S ... S ... Stop Kriminalisasi KPK!” *)
sabdanya dengan sediKit emosional.

“Kalian tau, aKoe dan ANAKKOE**)
sudah pamit dengan ‘hormat’!
Kalau Kalian Bonar-Bonar mau berbuat onar,
‘ganggulah’ Komunitas ‘buaya’!”
Hmm … apaKah ini suatu pengaKuan
bahwa Komunitasnya adalah “cicak”?
ApaKah ini suatu himbauan
untuk “membenarKan”
perbuatan onar?
Entahlah ...

Aniwei, selamat untuK Mute Swan nan tangguh! Semoga Kerja samanya menguntungKan Kedua belah piHak secara “berimbang”. Ayo Kita sambut peluncuran CiZe. Selamat berKiprah di dunia BISNIS ;) dan semoga Pageviews-nya bisa … at least “baliK modal”.

*) KPK= Komunitas Pengintip KoKiposters
**) Sebelumnya Beybi-nya sudah diaKui mati

Thursday 19 November 2009

≈ Ber-narsis-Ria di Twitter, HaramKah? ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Ada beberapa blog yang menjadi langganan MbahKoe dan dipajang di The Late Kookkaburra. Menurut Mbah MD, dia taK selalu punya waKtu untuK membaca setiap postingan dari blog-blog tsb. Apalagi aKoe yang tidaK berlangganan secara langsung. Salah satu dari blog tsb adalah The Travel Photographer, miliK TEWFIC EL-SAWY.

WeeKend Kemarin, waKtu aKoe melaKuKan inspeKsi Ke KoKiPost Founder, aKoe tertariK untuK membaca postingan TEWFIC EL-SAWY yang berjudul POV: Twitter This Twitter That. Postingan yang berasa “gue banget” itu membuatKoe tersenyum di Kulum.

Tulisan singKat itu ternyata dilhami artiKel The Value of Twitter Data di The New York Times edisi 12 November 2009 Dimana ternyata ada pihaK Ketiga yang menjadiKan aKtivitas “twit-twit-an” ini untuK Data Mining. aKoe taK bermaKsud untuK menaKut-naKuti pengguna twitter, akoe hanya seKedar sharing artiKel.

aKoe sendiri sempat berpiKiran bahwa Twitter “lebih aman” di banding FacebooK. ArtiKel berjudul Why are there no spam or trolls on Twitter? yang terbit tanggal 6 Maret tahun lalu (2008) cuKup meyaKinKanKoe. AKan tetapi artiKel dari NY Times (The Value of Twitter Data) tsb di atas dan dari Guardian dengan judul Internet Provider Is Latest Twitter Hack Victim sediKit memupusKan KepercayaanKoe terhadap twitter.

**Trus … bagian mana dari postingan itu yang “elu banget” dan membuatmu tersenyum-senyum?** Ada tiga poin yang dicurhatKan di blog tsb, tapi hanya satu poin yang aKan aKoe highlight di sini adalah, Kebingungan penulis/blogger tsb KetiKa mengetahui bahwa ada orang yang tertariK untuK men-"tweet" hal “remeh temeh” yang dibahasaKan olehnya dengan “trivialities”.
"I only "tweet" my blog posts, and on occasions some stuff that I find interesting in the realm of photography and photojournalism. I do not "tweet" about trivialities that occur in my daily life, since I suspect that no one is (nor should they be, frankly) interested in those. Others do "tweet" about such stuff, and I don't understand why they think that anyone is remotely interested if they suddenly sprout a pimple, or whether Grandma Ida's apple pie tasted like cardboard last night. Isn't that what is diagnosed as narcissism ??"

**Hehe ... narcissism or not ... don't be surprised ... suKa atau tidaK suKa, konsumen (plus pengintip) nya bejibun, bok**

Monday 16 November 2009

≈ Kiprah Segelintir PaKar Yang “SuKses” di Luar KepaKarannya ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Menjadi paKar ataupun memiliKi Keahlian di bidang tertentu tidaK melulu dilalui atau diperoleh di bangKu seKolah (training), tetapi dapat juga diperoleh dari pengalaman (experience). Pertanyaannya adalah: ApaKah Kita dapat menerima “faKta” ini? AdaKah di antara Kita yang sangat mengagungKan “KepaKaran” yang “berazasKan” gelar aKademiK semata? AdaKah Kita sediKit meraguKan “KepaKaran” seseorang yang memiliKi Keahlian dan pengalaman yang dapat diKataKan autodidak? Sebelum “me-review” KepaKaran beberapa toKoh, mari Kita simaK dialog salah satu paKar dalam suatu wawancara:

“Untuk meningkatkan pendidikan tinggi, apa usul Anda?” tanya wartawan Kompas.
“Mutu doktor lulusan Indonesia kan jadi masalah. Di tingkat ini saya bersikap apa adanya. Kalau lulus, ya lulus. Kalau jelek, ya dibilang jelek. Tidak usah main-main, wong calon doktor, ya tetap tidak lulus.
Begitu juga sikap saya soal pemberian gelar profesor yang memberi kesan mudah diberikan. Itu dagelan. Jumlah profesor banyak sekali. Kita tiru saja seniman. Biarkan masyarakat yang menilai. Kontribusi kita ada tidak. Seperti seniman dikasih gelar maestro. Si seniman kan tidak pernah minta. Affandi maestro dalam seni lukis, itu kan penilaian masyarakat. Rudy Hartono maestro bulu tangkis, itu kan dari masyarakat.”

Liek Wilardjo: Sains dan Ilmu Bahasa
PercaKapan di atas pernah diterbitKan dalam bentuK artiKel dengan judul Sains, Humaniora, Nilai Keagamaan di Kompas Minggu tanggal 4 OKtober yang lalu. Subur Tjahjono dan ST Sularto menulisKan hasil wawancara mereKa dengan Prof Dr Liek Wilardjo (70 tahun). DoKtor fisiKa spesialisasi moleKul lulusan Michigan State University tahun 1970 ini memperoleh “doKtor Kedua” berupa penghargaan Dr HC (DoKtor Honoris Causa) di bidang Sains dari Vrije Universiteit Amsterdam pada tahun 1990.

**Trus apa hubungan Kutipan dengan judul artiKel di atas?**
Hehe … mesKipun ada unsur Kesengajaan untuK mengopas bagian yang ada (Kata) DAGELAN nya, aKoe TIDAK bermaKsud untuK mengupas atau memperdebatKan pernyataan bahwa “gelar profesor itu gampang diperoleh”. AKoe hanya seKedar memberi gambaran bagaimana “Pak Liek” yang paKar dibidang sains ternyata menggeluti humaniora dan menjadi “suKses” di bidang tsb.

Ketua Program Pascasarjana Studi Pembangunan yang juga Guru Besar UKSW, Salatiga ini memiliKi KetertariKan dan minat yang berKaitan dengan ilmu bahasa selain filsafat, teologi, lingKungan dan tentunya sains. Minatnya terhadap bahasa diteKuni dan membuahKan Kamus FisiKa dan Kamus Umum Istilah Ilmu Dasar dan beliau telah menjadi “paKar” di bidang ini (selain fisiKa tentunya).

Xavier Le Roy: Dari Biologi ke Tari
Siapa dia? Xavier Le Roy (46 tahun) adalah paKar biologi moleKul dan biologi sel lulusan University of Montpellier, Prancis. Pada tahun 1988 dia mulai menunjuKKan KetertariKannya pada seni tari. (UntuK lengKapnya, silahKan baca CV-nya di LINK ini. TidaK seperti Liek Wilardjo yang masih mempraKteKKan Keilmuannya di ruangan Kuliah, Le Roy memilih berhenti total sebagai ahli biologi dan foKus Ke seni tari/teater.

Apa Kata Le Roy tentang dirinya? “Sejak saya bekerja sebagai penari dan koreografer, saya sering disebut sebagai penari yang tidak biasa atau ahli biologi yang menari.” Le Roy sendiri pernah tampil di Goethe Haus, Menteng JaKarta pada tanggal 8 OKtober yang silam. (Kalau tertariK silahKan baca juga review dari pertunjuKKannya di Jakarta Post.)

Selain Liek Wilardjo dan Xavier Le Roy ada paKar yang menelurKan buKu yang isinya berbeda dari “training” mereKa di universitas. BuKu mereKa boleh diKataKan taK leKang ditelan zaman dan mendapat sambutan luar biasa. On Photography nya Susan Sontag dan How to Lie With Statistics nya Darrell Huff misalnya, ditulis oleh orang yang tidaK memiliKi training secara Khusus di bidang photography maupun statistics. Sontag yang seorang aKademisi itu mempunyai latar belaKang pendidiKan philosophy, sastra dan teologi. Sementara Huff yang merupaKan seorang penulis itu semasa hidupnya beKerja sebagai editor di majalah yang “berbau” rumah dan Kebun.

Kenapa “paKar yang non paKar” ini bisa mendapat tempat dan bahKan diaKui “KepaKarannya” oleh paKar yang memang mendalami training di bidang tertentu? ApaKah “toleransi” ini serta-merta diberiKan Karena mereKa pernah maKan seKolahan dan memiliKi gelar aKademiK?

Mang Udjo: TeKun Belajar Dengan Ahlinya
Udjo Ngalagena atau yang lebih diKenal dengan Mang Udjo “hanyalah” seorang guru seni. AKan tetapi, pendiri Saung AngKlung Udjo ini telah melanglang dunia untuK menunjuKKan Keahliannya. Pengalaman dan hobby yang telah membuatnya memperoleh penghargaan taK hanya di tingKat nasional tapi di tingKat internasional juga. Mang Udjo giat dan teKun menimba ilmu langsung dari paKar Kecapi yaKni Mang Koko; PaKar gamelan: Rd.Machyar Angga Kusumahdinata dan paKar angKlung: Daeng Soetigna.

Bagaimana dengan Mariska Lubis? Pepih Nugraha pernah mengumumKan secara publiK bahwa Kompasiana perlu Mariska-Mariska lain. Pepih Nugraha sendiri pernah “menjanjiKan” Kolom Khusus seKsologi yang diasuh oleh seorang paKar dan yang hanya bisa diaKses dengan pasword. Meskipun tidaK menyebutKan Kandidat nama pengasuh Kolom itu, sampai sejauh ini belum Kelihatan tanda-tanda adanya Kolom “eseK-eseK” tsb di Kompasiana. ApaKah ada “Keraguan” atas “KepaKaran” Mariska Lubis?

ArtiKel Mariska yang diterbitKan tanggal 14 November Kemarin awalnya diberi tag “hiburan” Kemudian diganti dengan tag filsafat. Di format Kompasiana yang baru, dalam profil Mariska terbaca bahwa mesKipun ia taK memiliKi training di bidang seKsologi, Kompasianer yang meneKuni International Studies dengan Konsentrasi PolitiK Asia Tenggara ini memiliKi minat, pengalaman dan masih aKtif bergelut dalam bidang “curhat” (baca: Konsultasi) eseK-eseK di sebuah majalah Kesehatan. Satu pertanyaan menariK mengenai artiKel perilaKu sex hewan itu datang dari Lex dePraxis: “Ada referensi terkait yang bisa dibaca mengenai kelakuan singa itu?” oleh penulisnya dijawab: “hehehehe… banyak kok!!! Cari aja di buku-buku…. “ Perlu dicatat bahwa Darwin adalah salah satu referensi yang diKutip Mariska di tulisan tsb. tiga lainnya hanya diidentifiKasiKan sebagai “peneliti” tanpa acuan apaKah Ketiganya adalah Darwin.
Hmmm ... "tugas Kita" yang non-paKar di bidang perilaKu sex ini adalah mencari jawabannya "di buKu-buKu".
** GaruK-garuK Kepala **

Thursday 12 November 2009

≈ Expert. PaKar. ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

According to Webster Dictionary, an EXPERT is: "having, involving, or displaying special skill or knowledge derived from training or experience."

Tuesday 10 November 2009

≈ RIP Puriwati Purasari Andono (DuKungan Terhadap Petrus Rampisela) ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

aKoe taK Kenal Puri, (aKoe pun taK Kenal Oca),
aKoe, sampai penayangan tulisan ini, belum membaca tulisannya langsung.
aKoe taK merasa perlu untuK ceK dan riceK “pengalaman” hidupnya sebagai penderita KanKer payudara.
yang aKoe tau aKun Puri sudah “dipateni” Kompasiana dengan tidaK hormat.

Berita mengenai PuRIP-nya seorang Kompasianer diterima Pepih Nugraha dari Dr.dr. Anugra Martyanto, SpB.Onk, FICS, Ph.D, M.Kes. M.Si. Sebuah pesan singKat masuK Ke HP sang doKter yang juga Kompasianer. (TidaK ada informasi siapa yang ngirim SMS dan tidaK ada pembicaraan via telepon Ke si Pengirim pesan tsb untuK “seKedar” menanyaKan Kebenaran berita “duKa” ini.) It’s too late. Puri sudah digemboK oleh admin dan itu memang Kewenangannya.

Begitu banyaK “dediKasi” yang telah direncanaKan untuk mendiang Puri. Salah satunya adalah mendiriKan “Yayasan Puri.” So what? Masalahnya adalah seorang Kompasianer telah memverifiKasi bahwa Puriwati adalah "fiKtif" dan Puri disinyalir pura-pura "mati". Kecolongan? Begitulah Kalau Kompasiana “terlalu” percaya dan meng-agung-agungKan “real” people (buKan anonym). Apa dasarnya? SimaK petiKan tulisan Pepih Nugraha di bawah ini:

“Ketika saya menerima informasi “kematian” Puri dari dr Anugra Martyanto, saya langsung membuat postingan di atas kuburan almarhumah Ibu (kebetulan waktu itu sedang nyekar). Saya langsung tergugah dan jatuh simpatik tanpa cek dan ricek terlebih dahulu (masak untuk simpatik harus cek dan ricek sih?), saya langsung membuat postingan untuk mengajak Kompasianer membuat tulisan tentang Puri dengan harapan semua tulisan itu dikompilasi menjadi sebuah buku. Saya bahkan berjanji bersedia menjadi editor buku itu. Dr Anugra malah bersedia membiayai sebagian ongkos produksi penerbitan buku itu!”

“Akan tetapi, postingan Budiman Hakim berjudul Tokoh Fiktif di Kompasiana, mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukan Puri adalah hoax, penipuan, dan pembohongan publik secara vulgar demi sebuah lomba atau sayembara iklan. Kita tahu, Budiman Hakim adalah praktisi periklanan yang namanya menembus batas dunia iklan itu sendiri, sehingga apa yang dipostingkannya, khususnya mengenai indikasi Puri menipu publik, sangat layak dipercaya.”

Tanpa bermaKsud mengurangi atau menyangsiKan “KepaKaran” Anugra Martyanto dan Budiman Hakim dalam bidangnya masing-masing, aKoe melihat bahwa nama Kedua Kompasianer tsb, bagi seorang Pepih Nugraha, merupaKan jaminan untuK mempercayai “KeaKuratan” berita game over-nya Puri. Bagaimana apabila aKun registered member telah di-hacK dan pembobol nya menyalah-gunaKan aKun tsb dengan memposting tulisan “fiKtif”?

Seperti Kasus Oca-KoKi Kompas Komuniti, "berita duKa" dan tindaKan “pemasungan” aKun Puri menuai Pro dan Kon. Salah satu duKungan datang dari Petrus Rampisela. Dari seKian banyaK Komentar untuK postingan Petrus Rampisela, aKoe Kutip di sini. “Pembelaan” Petrus Rampisela pada tanggal 10 November 2009 puKul 04:38 berbunyi:

“Iya Mbak saya paham, tapi saya tetap ingin bersama Penulis nya, saya cuma ingin berkata bahwa dia tidak sendiri. Itu saja, dan maafkan saya.”

Tanpa banyaK Komentar, aKoe hanya ingin menyampaiKan bahwa Petrus Rampisela “tidaK sendiri”.

Catatan Uploader: Foto di atas ini pernah diterbitKan di The Late KooKKaburra. Ucapan duKa yang spontan diKirim begitu mendengar berita "Kematian" Oca, salah satu TTM (Teman Teman Maia) KooKKaburra.

**Kalau saja si Abu sedang tidaK dirantai oleh majiKannya,tentu dia dapat melaKuKan investigasi, mem-verifiKasi dan menemuKan faKta mengenai Keberadaan (oops “Kematian”) Puri, sebagaimana Abu telah suKses menangani Kasus Oca.**

Thursday 5 November 2009

≈ KPK Di Dadaku ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Salah satu anggota KPK (Komunitas Pengintip KokiPost ;) mengusulKan agar lagu ini di-upload di KP.


Music: Netral
Vocalists: Fariz Rm, Once, Kadri-Jimmo (KJP) dan Cholil (ER).
Sumber: cahpamulang.

Familiar dengan lagu ini? TaK salah lagi, notasi lagu ini berasal dari lagu daerah Irian Jaya yang berjudul Apuse. Teks lagu "KPK" ini merupaKan bagian dari lagu Garuda Di Dadaku, hanya saja, ada beberapa Kata yang diganti, antara lain Kata "Garuda" dengan "KPK". Judul lagu KPK ini "dimiripKan" dengan judul OST dari film Garuda Di Dadaku (released: 18 Juni 2009) yang diaransemen oleh band Netral juga.

Sunday 1 November 2009

≈ Logo: Sebuah Identitas! ≈

≈ KoKi Post – Old Gum Tree ≈

Catatan Uploader:

Posting-an yang ditulis oleh Mbah MD - Old Gum Tree beriKut ini pernah di terbitKan di The Late KooKKaburra tanggal 1 Juni 2009, tepat LIMA bulan yang lalu. Dalam edisi KoKi Post hari ini, Kami menambahKan foto sebagai ilustrasi. Quotation di foto "Sun SAD" ini pertama Kali Kami Ketahui dari "new moon on monday" yang menulis di KoKo artiKel tsb di atas.

≈ Situasi Langit Koran Kitorang Saat Ini ≈

Your Highness Zeverina, selamat dan sukses atas peluncuran website independen nya. Salut juga untuk “konsistensinya” menggunakan logo KoKi dengan “Bola Pelangi” tanpa “Kepala PrabuKoKi” yang memakai topi juru masak. Mungkin tak ada yang tau dengan persis kenapa Kepala Prabu/chef itu “dipenggal”? (Padahal seperti yang tertulis di Bikin Logo KoKi, Prabu mengharuskan ada gambar juru masaknya: “Dan ini yang penting: harus ada gambar “chef’ nya“.) Mbah sendiri nggak punya jawabannya, cuma mau menganalisanya sedikit.

Kurang lebih setahun yang lalu, pada saat pembuatan Logo KoKi-Kompas Komuniti, Zeverina mengatakan bahwa pihak manajemen Kompas tidak setuju dengan logo karya PrabuKoKi. Sebagai gantinya, Kompas akan membuatkan logonya. Meskipun Logo buatan PrabuKoKi akhirnya disetujui, ada persyaratan yang diajukan oleh Kompas. Artinya keberadaan Logo itu sudah “DICAMPUR-TANGANI” oleh Kompas dan sudah sewajarnya lah JIKA logo tersebut dapat “membangkitkan luka lama”. Luka bahwa KoKi “dipaksakan” sebagai kepanjangan dari Kompas Komuniti. KoKi dengan logo yang bagi sementara orang “memberikan imaginasi buruk”? Imajinasi tentang ditutupnya KoKi secara "sepihak"? Imaginasi mengenai Kompas paska pemberangusan? Kalau sudah begitu kenapa bersikeras menggunakan logo lama yang merupakan identitas KoKi-Kompas Komuniti tersebut? Kenapa semua seperti mengalami amnesia? Helooooo …. KoKi sudah ditutup dengan resmi pada tanggal 1 Mei 2009. Dan Penggagas KoKi sudah mengundurkan diri dengan resmi dari Kompas dimana KoKi sudah dibekukan.

Dalam proses negosiasi logo Bola Pelangi, penggagas KoKi bersikeras menggunakan kata KoKi sebagai Kolom Kita. Sementara itu pihak Kompas menawarkan kepanjangan baru: Kompas Kita, yang akhirnya DISEPAKATI bahwa KoKi adalah singkatan dari Kompas Komuniti. Kompas tentu saja punya pertimbangan tersendiri untuk menyebut KoKi dengan label Community, sementara Pengelola KoKi-Kompas.com “menuntut” keikut-sertaan SiJei dalam logo tersebut. Artinya … terjemahkan sendiri, keh keh keh. Berikut ini kutipan “proses negosiasi” Community vs Citizen Journalism.

"Jum'at 4 April, ketika menerima kiriman email "Logo KoKi" versi hitam & merah, dari kantor, warna biru yang tadinya hanya kadang-kadang terbersit, akhirnya malah menguasai pikiran. Dalam revisi yang diajukan kemudian, selain mempersoalkan warna yang tidak sesuai, moderator meminta identitas "Citizen Journalism" diikutsertakan dibawah Logo KoKi, serta nama "Kompas Kita" dikaji ulang. Dua hari pertama belum ada tanggapan, dan yang pasti nama "Kompas Kita" sudah diputuskan dalam Rapat Pimpinan, kalau mau diubah lagi satu-satunya jalan harus melalui Pemimpin Redaksi. Dalam percakapan sambil lalu dengan boss nomor 1 itu, pertanyaan dijawab begini, "Lho katanya kamu ingin tetap mempertahankan nama KoKi, yang paling pas ya singkatan dari "Kompas Kita". Sayangnya, momennya tidak pas untuk berdiskusi lebih jauh" (Dikutip dari All I Need is Blue – Zeverina).

Dari pemaparan yang berbelit-belit ini, kira-kira bisa nggak kita katakan bahwa KoKi bagi Kompas adalah suatu Community, sementara bagi penggagasnya KoKi adalah Citizen Journalism. To make a long story short, oleh segelintir orang, KoKi IDENTIK dengan COMMUNITY dan bagi mayoritas KoKiers, KoKi IDENTIK dengan CITIZEN JOURNALISM. Sebenarnya, seberapa penting peranan IDENTITY bagi seseorang? Bagi komunitas? Bagi suatu partai politik? Bagi website CJ? Bisakah kita menyederhanakan konsep ini dengan mengatakan “Identity is in the eye of the beholder?”

Identitas pada hakikatnya menanyakan “WHO” (untuk orang) atau “WHAT” (untuk benda). Menurut Open University, The subject, ‘I’ or ‘we’ in the identity equation, involves some element of choice, however limited. Maksudnya si “I” atau si “WE” inilah yang menentukan identitas-nya/mereka yang tentu saja melibatkan pilihan. Pilihan-pilihan ini tentu saja berhubungan dengan bagaimana “I/WE” menilai dan mengidentifikasikan dirinya dan bagaimana orang lain menilai atau mengidentifikasikan “I/WE.” Seperti yang dijabarkan dalam situs Openlearn tsb:

"The link between myself and others is not only indicated by the connection between how I see myself and how other people see me, but also by the connection between what I want to be and the influences, pressures and opportunities which are available. Material, social and physical constraints prevent us from successfully presenting ourselves in some identity positions – constraints which include the perceptions of others."

Dengan mengintip website NewKoKi, yang tidak (belum?) kelihatan visi dan misinya, tidak jelas kiblatnya – Community atau CJ atau kombinasi keduanya – dan dengan mengingat betapa “ribetnya” pemberian nama dan identitas, masa depan seperti apa yang akan diharapkan dari “Komunitas” ini?

“Komunitas” Tanpa Identitas (Yang Jelas)? Keh keh keh …

Dalam petisi yang diajukan KoKiers kepada Edi Taslim, yang mewakili pihak manajemen Kompas, artikel yang diposting oleh “koki” mengumumkan keberatan mereka tentang IDENTITAS komunitas mereka:
“Kami mewakili KoKiers dari 166 negara ingin menyampaikan beberapa hal berkenaan diberangusnya RUMAH KAMI bersama yang bernama Kolom Kita (bukan Kompas Komunitas yang dipaksakan!)”
Identitas apakah sebenarnya yang Mbah maksud?

Ada beberapa hal yang ingin Mbah garis-bawahi disini: Seingat Mbah, sejak KoKi memasuki “MANSION” dengan logo “Bola Pelangi”, KoKi yang DULUNYA singkatan dari KoKi-Kolom Kita, SUDAH BERGANTI identitas menjadi KoKi, Kompas Komuniti, yang sebenarnya nggak gitu “dipaksakan” amat. Penggunaan identitas ini, singkatan nama KoKi berikut logo Bola Pelangi sudah menjadi IDENTITAS BARU dan sudah berlaku dan dipakai dengan senang hati oleh Komunitas/CJ KoKi, tanpa protes atau keberatan. Pertanyaannya: Kenapa baru setelah KoKi resmi ditutup pada tanggal 1 Mei Komunitas/CJ KoKi melayangkan keberatannya melalui Petisi yang ditulis pada tanggal 2 Mei? Bukankah tindakan ini mirip dengan tindakan seseorang yang mengubah akte lahir setelah orang yang bersangkutan meninggal dunia? Keh keh keh …

Kalaulah pada saat itu tak ada yang menyatakan protes dan tak dapat berbuat banyak karena KoKi harus tunduk pada Kompas.com, kenapa IDENTITAS KoKi yang berbeda-beda masih juga diwujudkan dalam bentuk pernak-pernak KoKi? Silahkan lihat koleksi foto yang ada di Multiply PrabuKoKi.

Sekurang-kurangnya ada dua kendaraan roda empat yang menggunakan dua identitas KoKi yang berbeda. Ada satu mobil dengan nomor plat Z3VI yang memakai identitas KoKi dengan huruf “KKI” berwarna biru. Sementara pada kendaraan dengan N 30 NK, aksara “KKI” muncul dengan warna putih disertai tulisan biru “Kompas Komuniti”. Siapakah orang-orang yang telah mencetak, mengedarkan, menempel dan menggunakan Identitas KoKi tersebut? Silent Readers? Non KoKiers? Dapatkah mereka kita katakan sebagai KoKiers yang DIPAKSA(KAN) memakai label “Kompas Komuniti”? Keh keh keh … jawaban ditulis di selembar kertas dan dikumpulkan pan kapan ajah … (Waktu mencetak stiker tersebut KoKiers tidak dalam keadaan terpaksa kan? Keh keh keh …)

Mbah nggak bisa memastikan apakah pemilik mobil bernomor Z3VI adalah mantan Pengelola KoKi-Kompas, dimana Logo KoKi yang ditempel pada mobilnya TIDAK mengandung kata-kata “Kompas Komuniti”. Mbah juga nggak bisa mastiin apakah alasan missing-nya kata Kompas Komuniti di mobil tsb dikarenakan pemilik mobil Z3VI itu tidak setuju dengan penggunaan kata yang mengandung Kompas itu. Pernyataan Moderator KoKi-Kompas dalam kutipan di bawah ini menegaskan bahwa Zeverina – Moderator, penulis artikel All I need is Blue, secara implisit menyatakan bahwa Zeverina SETUJU - "masih layak disingkat KoKi" (meskipun secara eksplisit diakuinya “maksa banget”.)

“Bagaimana KoKiers? Oke ya? Logo di atas rasanya bisa`mengakomodir semua kepentingan ya, baik dari Kompas.com, KoKiers maupun moderator. Pertama, nama KOMPAS masih diikutsertakan. Kedua, kata "KOMUNITAS" tidak menyalahi kaidah berbahasa, toh masih mengandung huruf K dan I, yang kalau digabung dengan huruf depan KO, masih layak disingkat KoKi (hehe, yang ini maksa banget), dan yang terpenting bernuansa biru, putih, merah, yang terpenting lagi, tulisan "Citizen Journalism" terpampang jelas.” (All I Need Is Blue - Zeverina)

Jadi … bagaimana KoKiers? Karena Zeverina sudah menyetujui penggunaan kata “Komunitas” (Btw, kenapa akhirnya jadi Komuniti ya …?) Kenapa tidak mengajukan petisi kepada Zeverina, selain ke Kompas? Keh keh keh …

Dalam tulisannya Bikin Logo KoKi, Prabu – Jakarta menulis: "Setelah muncul edisi sosialisasi Koki baru itu, siangnya koetilpun Zev, untuk menanyakan, “kenapa tulisan ‘Kompas Komuniti’ masih harus tercetak lagi di page Koki, dan harus menyatu dengan logo Koki?”"Bagaimana jawaban Zeverina mengenai pertanyaan Prabu? Masih menurut Prabu: “Penjelasan Zeverina sih intinya memahami argumenkoe. Cuma katanya, KCM mungkin punya pertimbangan lain.” Kira-kira kalau kita lihat kilas balik peristiwa itu apa ya … alasan KCM (KOMPAS) sebenarnya? Ya … yang namanya juga milik, yang secara masih dibawah payung KOMPAS ya … kudu ditandai donk dengan kata KOMPAS, jadi kalau sewaktu-waktu ada yang mau bawa KoKi-Kompas Komunitas “keluar” dari Kompas, brand-nya mau nggak mau (harus) keikut juga, keh keh keh ...

All I Need Is Blue? All “WE” Need Is A New LOGO!

Mengawali tulisannya All I Need Is Blue, Zeverina – Moderator mengutip David E Carter: "Begitu logo disukai, orang akan melirik. Logo yang memberikan imaginasi buruk, tak seorang pun menghiraukan, meskipun produknya sangat bermutu ...."

Mengingat standard Zeverina yang tinggi, ingin seperti OhmyNews, mengambil model kerjasama CNN dan Time (TAPI BATAL), dan mengingat website-nya yang “mewah” apakah tidak terpikirkan oleh Zeverina untuk membuat logo baru yang memberikan imaginasi yang BAGUS? Meskipun kata-kata Kompas Komuniti bisa dan HARUS dihilangkan karena permintaan dari Kompas, IMAGE dan IDENTITAS KoKi sebagai KOMPAS KOMUNITI tak bisa terhapus begitu saja. Karena ketika negosiasi logo membuahkan kesepakatan bahwa LOGO tersebut harus mengandung kata Citizen Journalism dan kata Kompas Komuniti, ketika itu juga IDENTITAS KOKI sudah dibentuk. Identitas KoKi yang “nempel” di Kompas, lepas dari apakah Kompas itu “baik” atau “buruk.”

Kalaulah paska pemberangusan KoKi, Kompas memiliki image “buruk” dimata KoKiers, bukankah logo KoKi yang identik dengan Kompas Komuniti akan terkena imbas “buruk-nya”? Seandainya ada yang “ngotot” menggunakan logo tersebut … Mbah jadi nggak ngerti apa alasannya. Terlalu gegabah APABILA Mbah katakan bahwa penggunaan logo itu cuma sekedar mendompleng “ketenaran” KoKi-Kompas Komuniti yang ada di Kompas. KoKi yang sudah dibekukan dan sudah “disepakati” merupakan kepanjangan dari Kompas Komuniti.

Meskipun bukan analogi yang tepat, PDI-P ajah yang tetap menggunakan tanggal 10 Januari 1973 sebagai tanggal pendiriannya, menggunakan logo baru si Moncong Putih. Seandainya ini seandainya loh partai PDI-P bubar atau pecah dan partai baru nya ngotot menggunakan logo banteng tapi mengganti “moncong”nya dengan warna lain … apa ya kesannya? Mbok ya … bikin logo baru, identitas baru. MAKE A FRESH START! Intinya meskipun di bagian bawah website tercantum ? 2008 - 2009 KoKi. All rights reserved, sejauh KoKi belum menjadi Trade Mark, KoKi bisa digunakan oleh SIAPA SAJA.

Akhir kata, Mbah mau mengucapkan SELAMAT BERPETUALANG. Sebagai penutup, izinkan Mbah mengutip komentar “YC” yang ada di artikel Congratulations.
YC: " Selamat buat Mamak Zev, juga buat KoKinya yg baru pindahan ke rumah baru....semoga di rumah baru KoKi makin menunjukkan identitas KoKi yg sebenarnya."
Mengamini ucapan YC, Mbah mau menekankan: Tunjukkan Identitas KoKi yang sebenarnya ...